Kisah Sumanto Manusia Kanibal Dari Purbalingga, 11 Januari 2003.


Ulasan Singkat Tentang Kanibalisme

Di dunia modern sekarang, kanibalisme atau "Memakan Daging Manusia" memang sudah jadi barang barbar, dianggap kuno dan tidak wajar. Lewat sastra dan media, kanibalisme bahkan dibingkai menjadi tindakan keji dan erat dengan masalah kejiwaan. Salah satu novel yang paling populer menggali praktik kanibalisme sebagai inti ceritanya adalah The Silence of the Lambs (1989) dan Hannibal (1999) karya Thomas Harris.

Cerita ini bahkan masih didongengkan lewat adaptasi sinetron yang juga ditayangkan Netflix, membuat generasi sekarang masih bergidik ketika mendengar nama Hannibal Lecter, sang tokoh utama. Meski sudah berumur lama dan tidak populer lagi, cerita-cerita tentang orang-orang kanibal masih sering kita dengar sesekali.

Misalnya cerita tentang José Salvador Alvarenga, seorang pelaut yang hilang selama 14 bulan di Pasifik dan akhirnya bertahan hidup karena memakan daging kawannya sendiri. Atau cerita Sumanto, manusia kanibal paling populer di Indonesia. Lebih jauh sedikit, sebagian orang masih mengingat kisah Jeffrey Dahmer, pembunuh berantai dari Amerika Serikat yang doyan mengunyah dan memerkosa otak korbannya.

Lalu apakah kanibalisme memang selalu berkaitan dengan ihwal tak ilegal? Sayang sekali jawabannya tidak. Memakan manusia lain atau memakan organ tubuh manusia biasanya tak diatur dalam konstitusi, setidaknya tidak di Indonesia, Amerika Serikat, dan sejumlah negara di Eropa.

Itu sebabnya, aktris January Jones tak masuk penjara karena memakan plasentanya sendiri pasca-melahirkan. Sementara Sumanto dan Jeffrey Dahmer dipenjara karena tuduhan membunuh, bukan karena praktik kanibalisme. Alasan praktik kanibalisme muncul memang bisa beragam.

Antropolog Lawrence Goldman menyebut, dalam sejumlah kelompok masyarakat zaman dulu, kanibalisme muncul sebagai norma budaya. Misalnya sebagai cara bertahan hidup, akibat peperangan, atau sebagai keyakinan spiritual.
 
Di dunia modern, alasan-alasan itu masih ditemukan seperti yang terjadi pada Alvarenga, Dahmer, ataupun Sumanto. Alasan lain yang juga sering muncul adalah pernyataan tanpa bukti sains tentang tubuh manusia yang diduga kaya nutrisi dan mujarab sebagai obat. Seperti yang dilakukan January Jones pada plasentanya sendiri.


Sang Kanibalisme Sumanto

Sumanto adalah bekas pelaku kanibal asal Purbalingga, Jawa Tengah, Sumanto.

Sumanto lahir pada 3 Maret 1972 di Pelumutan, Purbalingga, Jawa Tengah dari pasangan Nuryadikarta dan Samen.

Pria dua istri ini dikenal pada awal tahun 2003 karena terlibat kasus pencurian mayat dan memakannya. Sumanto memakan mayat karena percaya dapat memberinya kekuatan supranatural.

Para pakar kesehatan berpendapat bahwa Sumanto mengidap penyakit jiwa.


Masa Kecil Sumanto

Masa kecil Sumanto disebut berkecukupan lantaran mendapat warisan dari kakek dan neneknya.

Sumanto adalah anak pertama dari pasangan Nuryadikarta dan Samen dengan empat saudara yaitu Mulyati, Karyono, Maryati, dan Mulyanto.

Pemilik nama panggilan Suman ini memiliki dua istri bernama Sutrimah dan Tugiyem dengan satu anak.

Ia bertemu istri pertamanya, Sutrimah saat bekerja di Lampung. Pernikahan keduanya berjalan singkat lantaran ada kekerasan dalam rumah tangga.

Baca Juga:

Setahun setelah cerai, ia menjalin hubungan dengan seorang janda bernama Tugiyem. Keduanya menikah tahun 1993 dan dikaruniai satu orang anak.

Setelah menikah lagi, Sumanto jarang pulang ke rumah. Ia dikabarkan kembali bermasalah dengan kekerasan dalam rumah tangga. Hingga pernikahan keduanya berakhir dengan perceraian.


Pendidikan Sumanto

Dalam hal pendidikan, Sumanto merupakan lulusan  Sekolah Dasar di SD Negeri Pelumutan 1.

Niat ingin melanjutkan pendidikan terhambat lantaran nilainya tak cukup untuk masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ia kemudian mengulang kelas 6 SD dan lulus setahun berikutnya.

Setelah lulus, Sumanto diterima di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kemangkon. Jarak rumah dan sekolahnya sejauh 3 km yang membuatnya sering berjalan kaki pulang-pergi setiap hari.


Pekerjaan Dan Kesibukan

Sumanto sudah mulai bekerja serabutan pada saat masih sekolah. Sepulang sekolah, ia sering menggembala kambing dan mencari rumput. Pada sore harinya, ia belajar ilmu agama di masjid sekitar rumahnya.

Sumanto dikabarkan juga sering bekerja serabutan di berbagai pabrik, satu di antaranya adalah perusahaan tebu, tempat ia bertemu kedua istrinya.

Sementara kegemaran sumanto pada malam hari, ia sering melihat layar tancap atau pementasan wayang. Dan di sinilah keluarga Sumanto mulai mengalami kesulitan ekonomi.

Masalah ini mengakibatkan ia menjual semua perabotan rumah tangga demi memenuhi kebutuhan hidup. Hingga sumanto putus sekolah di bangku kelas 3 SMP karena beberapa alasan tertentu.


Keadaan Ekonomi Jadi Alasan Sumanto Makan Daging anusiaM

Bila kalian berpikir kalau Sumanto makan mayat untuk ilmu hitam, tentu itu hal yang keliru. Pasalnya, menurut Pak Ahmad petugas di Yayasan Pesantren milik KH Supono Mustajab, keadaan ekonomi pria asal Purbalingga inilah yang melatarbelakangi perilaku tersebut.

Seperti yang yang sudah saya bahas di atas, Sumanto dahulu hidup berkecukupan, hingga akhirnya ekonominya terpuruk dan memperihatinkan. 

Bahkan harus hidup di sebuah gubuk kecil di Desanya. Dalam kondisi itulah yang membuatnya acap kali berkhayal makan enak dengan mengkonsumsi daging. 


Rasa Mayat Paling Enak Menurut Sumanto

Mungkin bagi kita makanan seperti sate, ayam bakar, atau jenis lainnya menjadi kudapan berbahan daging yang enak untuk disantap.

Namun berbeda jika kita berbicara Sumanto, ia lebih menyukai mayat yang meninggal dalam kondisi tak lazim atau mati kemarin. ia melabeli mayat mati dadakan, orang tersamber petir, kesetrum listrik, dan kecelakaan menjadi menu yang enak disantap. Hmmm, mungkin kita akan eneg jika membayangkannya. 


Proses Pencurian Mayat

Membaca beberapa ulasan tadi mungkin kalian akan bertanya-tanya, lantas bagaimana cara ia mencuri mayat?

Pada hari Sabtu, Jasad nenek 81 tahun yang baru dikubur selama 16 jam hilang misterius. Rupanya, jenazah tersebut dibawa seseorang menuju rumahnya. Peristiwa yang terjadi pada 11 Januari 2003 itu sontak menggegerkan sebuah desa kecil di Purbalingga, bernama Desa Majatengah.

Sumanto, dialah pelakunya.
Sumanto melakukanan pencurian mayat sendirian dengan menggali menggunakan tangannya. Setelah Jasad diambil lalu dibawa pulang ke rumahnya. Setelah itu Sumanto memotong-motong sebagian tubuh Jenazah, lalu memasaknya dan kemudian memakannya. Kemudian sisanya dibuang pada sumur dan sebagian dikubur.

Warga yang kaget dengan pembongkaran makam nenek yang diketahui bernama Mbah Rinah itu langsung melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwajib. Tanah kuburan yang masih basah itu pun mengantarkan jejak pelaku kepada seorang pria paruh baya berusia 32 tahun bernama Sumanto.


Sumanto tidak melakukan tindakannya dengan 'bersih'. Hal itu terungkap dengan adanya tulang dan sisa daging jasad Mbah  Rinah yang berserak di rumahnya. Polisi pun bertindak cepat, Sumanto langsung diamankan dua hari pasca kejadian dan disangka pasal Pasal 363 KUHP terkait pencurian dengan pemberatan.


Mengutip arsip reportase Liputan.com pada 20 Juni 2003, Sumanto, terdakwa kasus pencurian mayat dan kanibalisme, dituntut hukuman penjara enam tahun. Namun, Sumanto mengaku keberatan atas tuntutan pidana tersebut.


Alasannya, jasad tersebut menurut pengacara Sumanto, dinilai bukan benda/barang melainkan kotoran manusia yang sudah dibuang pemiliknya dengan cara dikubur.


"Penerapan Pasal 363 KUHP tidaklah tepat, karena yang dicuri bukan barang," kata Tim Pembela Sumanto.


Tim Pembela Sumanto juga menambahkan, bahwa kliennya telah dinyatakan mengalami gangguan jiwa. Hal itu diketahui dari hasil pemeriksaan Tim Psikolog dari Dinas Psikologi Polda Jateng pada 22 Januari 2003.


"Terdakwa mengalami gangguan kepribadian, sehingga perlu mendapat perawatan ahli jiwa. Itulah sebabnya, Tim Penasihat Hukum Sumanto meminta majelis hakim membebaskan terdakwa dan membebankan biaya perkara kepada negara," sangkal pengacara dari Sumanto.


Namun sanggahan dari tuntutan jaksa, tidak membuat Majelis Hakim Pengadilan Negeri Purbalingga goyah. Sumanto tetap dijatuhi hukuman pidana selama lima tahun penjara pada 27 Juni 2003. Hukuman ini satu tahun lebih ringan ketimbang tuntutan jaksa.



Mbah Rinah Bukan Tumbal Pertama Sumanto


Polisi mengungkap aksi anomali memakan manusia oleh Sumanto ternyata tidak dilakukan satu kali saja. Mbah Rinah adalah tumbal ketiga, setelah dua jasad lain telah dimakan sebelumnya. Namun menurut Kapolres Purbalingga, AKBP Agus Sofyan Abadi, mungkin saja ada lebih dari tiga yang menjadi aksi kanibalisme Sumanto.


"Seperti tukang pijat, Mistam, dilaporkan hilang setelah memijat tersangka. Dan indikasinya, kita menemukan pakaian Mistam di rumah tersangka," kata Agus, mengutip laporan TEMPO pada 16 Juli 2003.


Diketahui, dua korban lain diduga dilakukan di Lampung. Kala itu, Sumanto berguru ilmu sakti oleh seorang bernama Taslim. Menurut pengakuan Sumanto, ilmu sakti mulai dari kebal, ketenangan batin, sampai menghidupkan orang mati dapat dikuasainya jika tujuh tumbal berhasil dilengkapi.


Sumanto dinyatakan bebas usai masa tahanan vonis dikurangi dua tahun. Pihak Lapas setempat menilai, Sumanto telah berkelakuan baik dan layak mendapat remisi.


Pada tanggal 24 Oktober 2006, ia dibebaskan bertepatan dengan Hari Idul Fitri.


Sumanto pun bertaubat. Demi menjalani masa pertaubatannya, diketahui, Sumanto masuk ke Pondok Pesantren An-Nur di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Purbalingga. Dan Sumanto menjalani hari-harinya dengan belajar ilmu agama di bawah asuhan KH Supono Mustajab.


Keinginan Sumanto yang sampai sekarang belum terwujud adalah, ia bisa kembali di terima oleh Masyarakat di Kampungnya.


Baca Juga:


Post a Comment (0)
Previous Post Next Post