Tragedi Bom Bali 12 Oktober 2002


Kita mulai kisah ini dengan 3 bersaudara yang menginisiasi aksi terorisme terbesar sepanjang sejarah Indonesia. 


Ali Ghufron, Amrozi, Ali Imron


Nama-nama yang selalu tersiar di TV, radio, & media cetak tahun 2002. Nama-nama yang berhasil hancurkan Kuta & menghentikan denyut Bali kala itu. Ali Ghufron (Muklhas) adalah anggota Mujahidin Militer Afghanistan, ia berlatih di sana selama 6 tahun, mulai 1984-1990. 


Begitu pula dengan saudaranya Ali Imron, yang menempuh pelatihan militer & ilmu perakitan bom di sana sejak 1990-1996.


Beda dengan Amrozi, ia tetap tinggal di Indonesia & hanya mendapat ilmu radikal dari kedua saudaranya terutama, Muklhas. 


Kepulangan mereka ke Indonesia tidak karena rindu dengan tanah kelahiran melainkan menjalankan misi Osama Bin Laden. Mereka harus melakukan amaliah jihad di Indonesia, membenci AS & sekutunya dengan cara aksi terorisme.


Tahun 2000, awal mula Muklhas menyebut kata Bali sebagai sasaran & membicarakan pendanaan untuk aksi terornya. Namun tidak kunjung terealisasi. 


Tahun berikutnya 2001. Muklhas tak main main dengan niatnya, ia pergi ke Kahandar, Afghanistan bertemu Osama Bin Laden. Hingga ia didanai 30.000 USD oleh Osama Bin Laden untuk merancang pengeboman di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.


Menginjak Juli 2002, Muklhas menggaet Amrozi adiknya untuk ikut dalam aksi terorisme yang akan dilakukan. Kini Amrozi yang meyakinkan, yaitu dipilihnya Bali sebagai sasaran yang tepat.


Alasannya begitu dangkal. Bali dianggap tempat berkuasanya para asing kulit putih terutama Amerika di Indonesia, Bali menjadi destinasi wisatawan mancanegara. hal tsb menjadi simbol" yg mewakili Amerika & sekutunya yang berada di Bali, sehingga aksi ini akan menjadi perhatian dunia. Keyakinan aksi ini semakin memuncak dilakukanlah sebuah pertemuan di Solo, pada Agustus 2002. 


Dari pertemuan tersebut terkumpullah beberapa nama, diantaranya:


Dulmatin (pemilik rumah yang dijadikan tempat pertemuan), Amrozi, Umar Patek, Sawad, Idris, Imam Samudra, Ali Imron, Abdul Ghoni, & Muklhas sendiri. Pertemuan ini dipimpin oleh Imam Samudra, ia disebut dengan aktor intelektual karena sebagai pimpinan serangan & mengatur job desc.




Hasil pertemuan ini membentuk skenario sbb:


Amrozi & Ali Imron bertugas membeli mobil Mitsubizhi L-300 beserta potasium florat, belerang & bubuk aluminium. Dulmatin, Ghoni, Patek, Sawad meracik & merakit bom serta menyiapkan perintilan bom lainnya. Idris bertugas untuk menyiapkan dana & akomodasi selama tinggal di Bali. Jimi & Iqbal sebagai "pengantin" bom nantinya.


Awalnya dalam pertemuan ini Muklhas mengungkapkan keinginan untk melakukan aksi ini tepat pada tgl 11 September 2002, agar tepat setahun serangan teroris terhadap World Trade Center di New York, AS (9/11).


Tapi keinginan itu diprotes oleh Amrozi & Dulmatin. Mereka merasa tidak sanggup melakukan persiapan itu dalam waktu satu bulan. Terlebih anggota dalam timnya menginginkan efek eksplosif yang sangat besar & mematikan. 


Berangkat dari keinginan tsb, aksi ini begitu detail dipersiapkan. Mulai dari penggunaan plat Bali (DK) dalam mobilisasi kendaraan, penggunaan ID palsu selama di Bali, skenario pengeboman, hingga persiapan maps reading lokasi untuk mengetahui denah dari lokasi yang diincar secara rinci.


8 September 2002. Rencana telah ditetapkan. Samudra, Dulmatin, & Idris menjemput Amrozi di kediamannya di Lamongan untuk mengantarnya ke Bali. 


Hal ini dilakukan untuk melakukan cek lokasi pengeboman yang tepat & menjadikan Samudra & Idris sebagai 2 orang pertama yang akan berkeliling di Bali. Inilah fungsi sentral Imam Samudra sebagai pimpinan dalam sebuah misinya. 


Akhir September 2002, Muncul nama baru, yaitu Dr. Azahari & Noordin M. Top. Mereka adalah warga negara Malaysia yg terlibat banyak kasus ledakan bom di beberapa daerah. Mereka juga diketahui berafiliasi dengan jaringan teroris Jamaah Islamiyah (JI), akibat pemerintah Malaysia menghancurkan gerakan Islamic radikal mereka berdua melarikan diri keluar dari negaranya & mengendus gerakan rencana peledakan bom di Bali.


Dua legend terorist ini menemui Amrozi di Pekalongan, awalnya tidak ada keterkaitan mereka dalam aksi peledakan bom di Bali. Namun karena sudah menemui Amrozi secara langsung akhirnya mereka diajak untuk memperkuat aksinya.


Tidak diragukan lagi, Dr. Azhari yang dianggap piawai dalam melarikan diri sebagai terorist & insinyur jenius dipercaya sebagai yang berwenang untuk perakitan bom. Di sisi lain Noordin M Top bertugas sebagai penanggung jawab lapangan & penentu strategi eksekusi pengeboman. Tim tersebut semakin kuat & semakin yakin akan misinya, keinginan mereka melakukan pengeboman dengan daya eksplosif tinggi seakan tak terbantahkan.


4 Oktober 2002, Para teroris ini melakukan perjalanan menuju Bali untuk melaksanakan aksinya. Dulmatin, Ghoni, Dr. Azhari, & Imron menggunakan sebuah mobil lain untuk berangkat. Sedangkan Amrozi & Mubarok menggunakan Mitsubishi L-300 dalam perjalanannya. Mereka menyewa & tinggal di salah satu kamar kos di Jalan Pulau Menjangan, Kota Denpasar. Tempat tersebut dijadikan lokasi untuk perakitan bom. 


Selama kurun waktu 6-10 Oktober mereka menyelesaikan perakitan bahan bahan peledak & mondar mandir guna menetapkan lokasi final peledakan bom. Tiga jenis bom berhasil lahir dari tangan tangan makhluk berani mati mengatasnamakan pembelaan agama. Satu bom mobil seberat 1 ton, satu bom rompi dengan berat 6kg, & satu bom kotak dengan berat 6kg Siap untuk diledakkan.


12 Oktober 2002, Pukul 13.00 WITA persiapan memasukan bom ke dalam mobil Mitsubishi L-300 oleh Jimi & Iqbal, bom ini direncanakan untuk diledakan di daerah Legian, Kuta. 


Mobil L-300 yang dipakai harus tahan mengangkut bom dengan berat mencapai 1 ton.  Pukul 20.45 WITA, Ali Zamroni menyiapkan bom kotak dengan berat sekitar 6 kg yang telah dipasang sistem remote ponsel. Artinya bom itu diledakkan dari jarak jauh menggunakan ponsel.


Bom tersebut dibawa Ali Imron menggunakan sepeda motor Yamaha, diletakkan di trotoar sebelah kanan kantor Konsulat Amerika Serikat, Renon Denpasar. Seharusnya bom tersebut diletakan di pagar namun akhirnya diletakan di dekat tong sampah.


Usai dengan urusannya di sana, ia beranjak menuju Sari Club dan Paddy's Pub untuk memantau situasi serta lalu lintas di sekitar. Imron selanjutnya kembali ke rumah kost. 


Pukul 22.30 WITA, Imron bersama dua pelaku bom bunuh diri, yakni Jimi & Iqbal pergi menuju Legian dengan menggunakan Mitshubishi L-300. Idris, mengikuti mereka dengan motor Yamaha. 


Sesampainya di Legian, Imron mengintruksikan Jimi untuk menggabungkan kabel kabel dari detonator ke kotak switch bom mobil L-300. Ia begitu yakin merakit benda tersebut, padahal kemarin Jimi nampak gelisah karna alasan belum pandai menyetir mobil. Dan kini Jimi akan melancarkan bom bunuh diri menggunakan mobil L-300 di Sari Club.


Di waktu yang bersamaan Imron menyuruh Iqbal untuk menggunakan bom rompi, ia akan melancarkan aksinya sebagai pengantin bom di dalam Paddy's Pub. Ada kejadian menyesakan saat terparkirnya mobil L-300 menuju Sari Club. 


Beberapa turis Australia melihat sebuah van putih menghalangi jalan masuk ke arah Sari Club, agar tidak terjadi macet berkepanjangan turis turis ini mendorong van yang dianggap mogok ini. Padahal van tersebut adalah mobil pengangkut bahan peledak. Entah karena beratnya muatan di dalam van atau sebagai memantau situasi sebelum peledakan bom. 


Pukul 23.05 Rampung dengan semua persiapan, Imron turun dari mobil yang kemudian dijemput Idris untuk menuju Jalan Imam Bonjol, Denpasar. Berlalunya Imron, giliran Iqbal melangkah memasuki Paddy's Pub yang dipenuhi oleh pengunjung menghabiskan akhir pekan mereka.


Tanpa rasa belas kasihan, ia menjemput kematiannya & memaksa orang orang di dalam pub terenggut nyawanya. Bom rompi yang dikenakan Iqbal meledak di dalam Paddy's Pub. Dentuman & efek eksplosifnya melukai para pengunjung, suasana seketika menjadi panik dan saling berhamburan menyelamatkan diri keluar dari dalam pub. Keadaan begitu chaos & menegangkan.


23.05.20 WITA Kepanikan & riuh orang orang tak terkendali malah menjadi alarm untuk Jimi. Ia harus menunaikan tugasnya, ia bersiap dengan mobil L-300 berwarna putih yang memuat bom dengan daya ledak tinggi seberat 1 ton tersebut. 


Orang orang yang keluar dari pub seakan disambut oleh Jimi, sang pengantin meledakan bom mobil tersebut tepat di depan Sari Club. Ledakannya membakar seluruh bangunan Sari Club. Api juga berkobar di atap Sari Club yang berbahan jerami. Atap-atap bangunan sekitar ledakan runtuh & menimpa orang-orang di bawahnya. Radius kerusakan yang diakibatkan ledakan bom tersebut hingga 20 Km.23.06.05 WITA 


Mendengar 2 dentuman keras dari arah Legian, Imron yang masih dalam perjalanannya menekan ponselnya untuk meledakan bom selanjutnya. Imron meledakkan bom dekat Konsulat AS, di Renon Denpasar.


Sudah 19 tahun berlalu tragedi yang menyakitkan itu. Mari mendoakan mereka yang harus pergi karena ego & kekejian sekelompok makhluk tanpa perasaan yang mengatasnamakan Jihad Agama. 


Para pelaku bom telah berhasil melakukan tugasnya, tak hayal tiga bom meledak dengan kurun waktu hanya berbeda beberapa menit sehingga kesannya meledak bersamaan. 


Efeknya ternyata melebihi ekspektasi Imron, ia tidak menyangka radius kerusakan yang ditimbulkan bom mobil hinga berpuluh kilometer. Ketiga bom yang meledak hari itu bertepatan dengan 1 tahun, 1 bulan, 1 hari peringatan 9/11 di AS. 


Bali terguncang. Waktu seakan berhenti sejenak di Legian kala itu. Suara dentuman bom yang dahsyat mengejutkan penduduk sekitar. Paddy's Pub, terlebih Sari Club hancur lebur. Suasana panik, riuh ramai tak terkendali, kemampuan jiwa dalam menyelamatkan diri dari ancaman luar timbul dengan seketika.


Orang orang berlarian acak menjauhi Legian. Terlihat pula ada yang berusaha menolong temannya yang terkapar padahal tubuhnya sendiri sudah tidak utuh, koyak & penuh darah beserta luka yang menganga.


"Help, ambulance, quick ambulance, help!" 


Pekikan & erangan saling menyahut. Ratusan orang bergelimpangan kesakitan di antara puing puing bangunan yang hancur. Entah suara orang yang masih mampu diselamatkan atau kata kata terakhirnya. Potongan organ dari tubuh tubuh pengunjung memenuhi area itu. Bau darah tercium lekat, suara kobaran api terdengar jelas melahap benda benda yang dilaluinya. Kuta mencekam malam itu.  


Bom berjenis TNT & RDX yang meledak malam itu telah merenggut 202 nyawa. Sekitar 209 orang lainnya mendapati dirinya tak utuh penuh dengan luka-luka serius. 40 bangunan hancur, kaca kaca hotel & restaurant pecah berserakan, atap bangunan roboh menjuntai, bangunan Panin Bank dekat dengan Sari Club terlihat rata dengan tanah dibuatnya. Belum lagi banyak kendaraan hangus sepanjang jalan dekat lokasi peledakan bom.


12 Oktber 2002, pukul 23.30 WITA, Legian hancur. Jeritan korban  menggema dimana-mana. Tiba puluhan mobil pemadam kebakaran & ambulans. Tampak pula Gubernur Bali, Dewa Made Beratha, Pangdam IX Udayana Agoes Suyitno, dan Kapolda Bali Brigjen Budi Setyawanbeserta sejumlah polisi dan tentara dalam rombongan itu. 


23.35 WITA Pemadaman mulai dilakukan, warga sekitar nampak membantu dengan ember ember pribadinya. Evakuasi belum bisa dilakukan, mengingat besarnya kobaran api masih menggeliat di puluhan bangunan. Listrik di Legian padam saat itu 24.00 WITA


Evakuasi korban mulai dilakukan, ratusan relawan mengerahkan diri. Ambulance, tim kesehatan dari RS Sanglah, & PMI sudah bersiap. Mereka harus menyembunyikan tegang, sedih, & dukanya selama proses pengevakuasian.


Banyak wajah orang orang nampak hangus tak dapat dikenali lagi. Beberapa potongan organ yang belum teridentifikasi dibungkus kain putih & dimasukan ke plastik hitam. 


Mayat-mayat & potongan organ dikumpulkan dalam satu lokasi, dijejerkan di depan teras Toko Laguna sebelum dikirim menuju RS Sanglah. Ratusan relawan & petugas menguatkan satu sama lain.


13 Oktober 2002 Evakuasi terus dilakukan, sekitar pukul 09.15 sejumlah relawan berhasil menyelamatkan seorang wanita yang merupakan WNA, ia masih hidup & ditemukan di kamar mandi lantai 1 di Sari Club.  Sepanjang hari itu petugas & relawan tak hentinya melakukan evakuasi, beberapa orang nampak sibuk membersihkan areal dari puing puing yang mengganggu rute evakuasi. 


Pukul 11.30 WITA Evakuasi hampir rampung dilakukan, pejabat kepolisian meninjau kembali lokasi & bergerak menuju RS Sanglah. Mengutip Wikipedia, korban korban yang meninggal teridentifikasi sbb:


Korban terbanyak berkewarganegaraan Australia yang kemudian selanjutnya adalah warga negara Indonesia. Efek gelombang kejut, panas, & penghancuran dari bom di 12 Oktober 2002 merenggut 202 nyawa.


Dampak Tragedi Dan Penangkapan Para pelaku" Yang Terlibat. 


Masih ditanggal 13 Oktober 2021. Pukul 18.00 WITA, Chaos akibat tragedi ini tidak terjadi di Legian saja, Bandara Ngurah Rai seketika penuh sesak didatangi oleh turis turis. Mereka berbondong bondong ingin meninggalkan Bali. Ketakutan mereka sudah tidak dapat dibendung lagi, mereka harus pulang ke negaranya.


Berita di TV silih berganti melaporkan tragedi & siaran eksklusif langsung dari lokasi peledakan. Tak kalah paniknya, jurnalis luar negeri terlebih media Australia ikut membagikan berita duka ini di negaranya. Seluruh mata di dunia menuju pada Bali. Bali dilumpuhkan dalam semalam.


Proses pengungkapan para pelaku Bom Bali I terbilang panjang & sulit, polisi harus bekerja lebih ekstra. Apalagi saat itu Presiden Megawati memberi deadline atas tragedi ini harus rampung November 2002.


Kepolisian Indonesia sama sekali belum mendapatkan gambaran mengenai aktivitas terorisme di Indonesia. Belum adanya peralatan & pengetahuan yang mumpuni. Hal ini juga mengharuskan kepolisian Indonesia bekerjasama dengan kepolisian negara lain. Commissioner AFP McKeelty, menghubungi Kapolri Da'i Bachtiar untuk menawarkan bantuan kerjasama. 


17 Oktober 2002 Da’i Bachtiar & McKeelty menandatangani kesepakatan pembentukan tim investigasi gabungan secara resmi. I Made Mangku Pastika & Graham Ashton ditunjuk sebagai komandan gabungan. 


Federal Agent Tim Morris yang bertindak selaku kepala unit kontra-terorisme Australia menegaskan bahwa investigasi gabungan ini milik Indonesia, Australia hanya berperan untuk membantu. AFP membentuk pos komando sebagai wadah koordinasi dengan POLRI. Di posko tersebut tergabung investigator yang bekerja di Bali, tim DVI, forensik, intelijen, media, administrasi, keamanan, IT, & komunikasi. Selain itu juga berfungsi untuk memberi perkembangan terkini kepada pejabat AFP.


5 November 2002 Angin segar berhembus melewati sekat-Sekat penantian keluarga korban & masyarakat Indonesia. Bertempat di Tenggulun, Jawa Timur, Amrozi berhasil ditangkap tanpa perlawanan. 


Penangkapan ini berhasil dilakukan setelah menelusuri jejak kepemilikan L- 300 yang digunakan. Mobil L-300 ini dibeli melalui perantara makelar bernama Suharsono, tetangga yang ia kenal di Lamongan. Suharsono mengajak Amrozi bertemu Azwar Anas tukang jual beli mobil. Dibelinya mobil tersebut seharga 30jt. Suharsono diberi komisi 450k. Keterlibatan Suharsono hanya sampai di situ, ia orang naas yang harus diterbangkan ke Bali ditunjuk menjadi saksi. 


Penangkapan Amrozi menjadi cikal bakal terkuaknya profil para pelaku yang terlibat secara langsung dalam peledakan Bom Bali 1 tersebut. Dari keterangan Amrozi berikut nama-nama yang berperan aktif andil dalam peledakan Bom Bali:


Dulmatin, Imam Samudera, Ali Imron, Idris, Abdul Ghani, dan Umar Patek. Dari Sumber lainnya yaitu Amrozi mengungkap keterlibatan Dr. Azahari.  Jumlah tersebut diungkap berdasar orang-orang yang berperan penting dalam peledakan Bom Bali. Masih ada belasan yang berperan menyiapkan mengenai perakitan bom serta puluhan nama lainnya yang berperan menyembunyikan para buronan. Mereka ada, dan dalam jaringan besar di Indonesia.


Pada 6 November s/d 11 November 2002 Dilakukan banyak penangkapan & pengungkapan pelaku yang terlibat. 10 org terlibat ditangkap di Pulau Jawa, Amrozi diterbangkan ke Bali, pengungkapan keterlibatan Abu Bakar Ba'asyir, ditangkapnya Qomarudin petugas kehutanan yang membantu meracik bom.


Pada 19 November 2002  Penangkapan terhadap Abdul Rauf berhasil dilakukan. Sejumlah keterangan dari Rauf membantu polisi melacak keberadaan Imam Samudera, si pimpinan lapangan.


Pada 21 November 2002 Polisi berhasil menangkap Imam Samudera. Saat ditangkap ia membawa sebuah paspor palsu & sebuah laptop. Pakar IT Australia memeriksa laptop Samudera, laptop tersebut memuat banyak foto porno wanita barat, foto Abu Bakar Ba'asyir & foto-foto korban Bom Bali.


Pada 4 Desember 2002 Kepolisian Indonesia tidak berhenti bergerak, Muklhas akhirnya berhasil ditangkap di Klaten, Jawa Tengah. 


16 Desember 2002 Polisi menangkap Atang, siswa SMU di Lamongan. Tim juga sukses menemukan 20 dus berisi bahan kimia jenis potassium klorat seberat 1 ton. bahan kimia tersebut diduga milik Amrozi.


18 Desember 2002 Masuk penghujung tahun. Tim Investigasi Gabungan Polri-polisi Australia membeberkan Dokumen Solo, sebuah dokumen yang dipunyai Mukhlas. Dalam dokumen tersebut berisi kelola cara membuat senjata, racun, & merakit bom. Dokumen itu juga memuat buku-buku tentang Jamaah Islamiah (JI) & topografi sebuah kawasan serta sebanyak rencana gerakan yang akan diterapkannya.


13 Januari 2003  Ali Imron tertangkap di sebuah pulau tak berpenghuni di kawasan Berukang, Kaltim. Adapun laporan AFP menyebutkan Ali Imron ditangkap tgl 12 Januari 2003.


15 Januari 2015 Semua tersangka yang tertangkap di Kaltim di bawa ke Bali. Mereka adalah Ali Imron, Mubarok, Firmansyah, Mujarod, Eko Hadi, Mustakim, Sofyan Hadi, Hamzah Baya, Samsul Arifin, Muhammad Yunus, Hartono, Imam Susanto, Marzuki, Abdullah Salam, & Sukastopo.


Pada 8 Februari 2003 Digelarnya rekonstruksi pertama untuk Bom Bali. Rekonstruksi bayangan ini bersifat tertutup digelar di depan gedung reserse & kriminalitas Polda Bali. Reka ulang tersebut memperagakan mencampur bahan"l-bahan & peracikan bom saat tinggal di kamar kost yang disewa para pelaku.


Pada bulan Maret 2003 Abu Bakar Ba'asyir di nyatakan bersalah & divonis 2,5 tahun penjara atas insiden Bom Bali. Ia ditengarai sebagai pemimpin spiritual teroris dan membantu merekrut anggota.


12 Mei 2003 Sidang perdana Amrozi dilaksanakan di Gedung Nari Graha, Denpasar yang dipimpin oleh ketua majelis hakim PN Denpasar, I Made Karna. JPU, Urip Tri Gunawan mendakwa Amrozi melanggar Pasal 14 jo pasal 6 Perpu No. 1 Th 2002 jo Pasal 1 UU No. 15 Th 2003 Pasal 1 Perpu No 2 Tahun 2002 jo Pasal 1 UU No. 16 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.


Ia juga melanggar Pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP, karena dengan sengaja menggunakan kekerasan & ancaman kekerasan sehingga menimbulkan suasana teror, menimbulkan korban secara massal dengan merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa & harta benda orang lain. Pada akhirnya, Amrozi dituntut bersalah &  dijatuhi vonis hukuman mati.


Agustus - Oktober 2003 Sidang terhadap para tersangka lain mulai dilakukan. Imam Samudera & Mukhlas kemudian divonis hukuman mati. Ali Imron divonis seumur hidup karena bersifat koorperatif, mengaku menyesal & bersedia bekerjasama dengan polri terkait pengungkapan tersangka lain.


Pada 9 November 2005 Dua tahun berlalu semenjak kejadian malam mencekam itu, pengungkapan para pelaku Bom Bali I menginjak babak baru. 


Sebuah rumah di Jln. Flamboyan A1 Nomor 7, Kelurahan Songgokerto, Batu, Malang, Jatim menjadi target pengamatan tim Densus 88 Antiteror Polri. Rumah itu telah diamati lama. Dalam misi rahasia ini polisi harus sampai menyewa 3 villa terdekat, 4 mobil & 15 motor. Penyamaran juga dilakukan untuk memantau gerak-gerik penghuni rumah tersebut. 


Semakin diyakini Azhari berada di rumah tersebut setelah ditangkapnya Cholily di Demak, murid Azhari. Drama adu tembak harus terjadi saat itu, sang gembong teroris tak gentar melawan para polisi yang sudah membentuk barikade. Sempat ia memilih untuk keluar.


Namun ada kejanggalan dari tubuh Azhari, ia menggunakan rompi yang menggelembung & mengacungkan senjata ke arah polisi."Hai Polis, kalau berani masuk sini!", Teriaknya


Usai itu, ia mundur & masuk ke dalam rumah dan menutup pintu sambil mengarahkan senjata dari tangan kanannya ke arah petugas. Momen ini tidak disia siakan oleh Iptu Bram. Ia memerintahkan Brigadir Fran yang berada tepat lurus di pintu rumah, untuk menembak Azhari. 15.45 WIB 


Tembakan Brigadir Fran tepat sasaran. Terdengar suara tubuh manusia menghantam lantai. Azhari roboh bersimbah darah. Pria bernama lengkap Azahari bin Husin itu tewas di tangan Tim Walet Hitam.



Waktu terus berlalu, kasak-kusuk Amrozi cs mengajukan peninjauan kembali. Peninjauan kembali yang diajukan para tersangka ditolak hingga tiga kali pengajuan. MK menolak uji materi UU No. 2/Pnps/1964 yang berisi tata cara eksekusi mati yang diajukan.


Pada 9 November 2008, Amrozi, Imam Samudera, dan Muklhas, mereka ditempatkan di tiang kematian. Dua kakak beradik itu mengapit si pimpinan lapangan dalam peledakan bom Bali.


Mereka di eksekusi mati di Bukit Nirbaya, Nusakambangan tanpa penutup mata.  Mereka enggan ditutup matanya karna ingin menjemput kematiannya dengan mata terbuka & melihat sang eksekutor menembak. 


Sebelumnya mereka dipindah dari sel isolasi Super Maximum Security (SMS) LP Batu, Nusakambangan menuju mobil milik polisi Toyota Strada warna hitam.  Jarak masing-masing tiang, skitar 7 meter. Setelah diikat, Brimob berdiri di belakang terpidana. Regu eksekutor berdiri di depan siap memulai prosesi eksekusi. 00.15 WIB 


Diiringi deburan ombak Samudera Hindia yang berada di balik Nusakambangan, timah panas diluncurkan tepat pada jantung mereka.


Setelah itu semua kembali sunyi menanti menit-menit menegangkan hingga akhirnya mereka benar-benar tak bergerak lagi. Tiga mastermind telah tewas, namun pengungkapan kelompok pelaku bom Bali terus dilakukan. 


Pada 16 September 2009 Puji Prabowo & Sukono ditangkap di Pasar Gading, Solo. Setelah diinterogasi, mereka mengaku bahwa di sebuah rumah di Kampung Kepuh Sari, Kel. Mojosongo, Kec. Jebres, Solo, Jateng ada beberapa pelaku teroris.


Pukul 23.30 WIB Polisi melakukan penggerebekan. Saat dikepung, pelaku di dalam rumah memberondong polisi dengan tembakan. Aksi baku tembak pun berlangsung hingga dini hari.


Tak elak sepeda motor yang ada di ruang tamu rumah tersebut hingga terbakar akibat adu tembak. Hingga akhirnya, Densus 88 menjebol tembok kamar mandi. Setelah 7 jam proses penyergapan tersebut, para pelaku berhasil dilumpuhkan.


17 September 2009 Masuk proses evakuasi &  identifikasi. Polisi baru mengetahui bahwa salah seorang pelaku yang tewas adalah Noordin M Top, setelah hasil tes sidik jari keluar, 14 titik kesamaan yang identik ditemukan sesuai dengan buronan 7 tahun itu. Bagian belakang kepalanya hancur & terdapat beberapa lubang bekas tembakan peluru di tubuhnya.  


Pada 9 Maret 2010, Ingat dengan nama Dulmatin? Ia tewas dalam sergapan Densus 88 Antiteror di Pamulang. 11 Agustus 2011 Umar Patek tiba di Indonesia. Ia adalah buronan internasional seharga 1 Juta USD. Setelah bom Bali I, Umar Patek berpindah" lokasi untk menghindari penangkapan. 


Intelejen percaya ia aset penting untk mengungkap jaringan al-Qaida & afiliasinya di Asia Tenggara. Peran penting ini membuat pemerintah Indonesia bersikeras untuk membawa kembali Umar Patek ke Jakarta stelah ditangkap di Abbottabad, tanggal 25 Januari 2011.


Ia berperan sebagai peracik & perangkai Bom Bali I, memantau kondisi lapangan, menggambar denah lokasi, mencocokkan waktu & tempat. Pada 12 Juni 2012 Umar Patek dijatuhi hukuman 20 tahun penjara. 


10 Desember 2020, Kita tengah sibuk dengan pandemi, tapi Densus 88 berhasil melakukan penangkapan heroik. Zulkarnaen, teroris yang sudah selama 18 tahun buron berhasil ditangkap di Lampung Timur. Ia berperan sebagai perancang bom, mantan panglima Jemaah Islamiyah (JI) & sebagai koordinator tim khusus JI. 


Adapula nama Hambali, ia ditangkap 1 tahun setelah tragedi bom Bali yaitu 2003 di Thailand. Hambali ditangkap bersama 2 warga negara Malaysia, ia merupakan mantan pimpinan JI. Th 2006 ia dipindah ke Guantanamo Bay. Kala itu Hambali adalah buronan nomor satu di Asia Tenggara. Ia dituding sebagai otak utama di balik serangkaian serangan teror di Asia Tenggara, khususnya bom Bali. Tgl 30 Agustus 2021 lalu, ia disidang untuk pertama kalinya semenjak 18 tahun ditahan. Pengajuan pembebasannya ditolak 9 Januari 2021.


Abu Bakar Ba'asyir bebas dari LP Gunung Sindur, Jawa Barat. Terkait dana aliran dari pimpinan al-Qaeda, Osama Bin Laden. 


Pada liputan yang terekam tgl 11 Februari 2003, Ali Imron menegaskan, pelaku pengeboman adalah kelompoknya & tidak melibatkan organisasi atau pihak lain. Tidak ada yang menunggangi atau menyokong sepeti yang diberitakan.


Begitu kelakarnya, banyak yang meragukan pernyataan Imron. Padahal keterkaitan dengan Ba'asyir & Bin Laden teorinya mengalir deras. Aliran dana dari Osama Bin Laden untuk pembiayaan bom Bali I terungkap dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan terdakwa Umar Patek. Hal tersebut terungkap saat Idris menjadi saksi di persidangan untuk terdakwa Umar Patek, 26 Maret 2012.


Sebanyak 30.000 USD dikucurkan oleh Bin Laden secara bertahap kepada Muklhas. Dana tersebut lalu digunakan untuk mendanai pengeboman di Bali. Begitulah akhir para pelaku ditangkap & diadili. Polisi trus memburu orang orang yang terlibat dengan tragedi tersebut. Meski rasanya mereka begitu piawai bersembunyi & berbaur dengan sekitar. 


Terorisme, radikalisme adalah bahaya laten, mereka hanya pura-pura tidur & sewaktu waktu bisa bangkit kembali. Tetaplah mawas diri. Dari tragedi Bom Bali I, Indonesia berbenah & belajar banyak hal, berikut trivia setelah tragedi tsb:


Terbentuk Detasemen Khusus 88 Anti Teror (Densus 88 AT) 24 Agustus 2004. Angka 88 berasal dari kata A.T.A. (Anti-Terrorism Act) jika dlm Bhs. Inggris berbunyi Ei Ti Ekt.Pelafalan ini terdengar spt Eighty Eight. Jadi arti angka 88 bukan representasi dari jumlah korban WNI insiden Bom Bali serta bukan representasi dari sebuah borgol.


Saat menangani korban bom sebagian besar dievakuasi, diidentifikasi & dirawat di RSUP Sanglah. Dengan menggunakan fasilitas seadanya & pengalaman yang kurang dalam penanganan korban bom, RSUP Sanglah mampu menangani pasien korban bom dengan baik. Atas hal tersebut, Pemerintah Pusat & Pemerintah Australia memberikan penghargaan dengan membangun fasilitas pelayanan kesehatan bertaraf Internasional di RSUP Sanglah seperti Burns Unit dan Wings Internasional. Burns Unit sendiri difungsikan untuk pasien rawat inap dengan luka bakar & bedah plastik.


Puing-puing sisa ledakan bom tidak langsung dibersihkan, dilakukan upacara Tawur Agung Pamarisudha Karipubhaya terlebih dahulu, yaitu pembersihan secara niskala terhadap arwah korban, pembersihan dari hawa negatif akibat peledakan bom & membersihkan lingkungan agar pariwisata cepat pulih.


Dua hari setelah upacara, baru kemudian puing -puing tersebut dibuang ke laut. Pembuangan dilakukan 10 mil ke arah selatan dari Pelabuhan Benoa. Pembuangan dilakukan pada tempat yang memiliki kedalaman 150-200 mil laut sehingga tidak mengganggu pelayaran. 


Ali Imron, napi terorisme (napiter) Bom Bali I kini aktif mengkampanyekan program deradikalisasi sebagai upaya menanggulangi aksi terorisme di Indonesia. Kampanye deradikalisasi menjadi kesehariannya yang kini masih mendekam di Rutan Narkoba Polda Metro Jaya, Jakarta.


Untuk mengenang para korban Bom Bali 1 dibangunlah sebuah monumen di bekas bangunan Paddy's Pub. Bangunan itu diberi nama Monumen Panca Benua, namun lebih terkenal dengan sebutan Ground Zero. 


Bangunan itu rampung dibangun tahun 2003 & diresmikan pada 12 Oktober 2004. Di monumen tersebut terdapat unsur seperti altar, prasasti, tiang bendera, kayonan, tugu, tri kona nemu gelang, dan kolam semuanya memiliki makna tersendiri. 


Monumen ini dibangun juga dengan harapan mampu memancarkan kedamaian & perdamaian ke seluruh penjuru mata angin. Semoga Indonesia damai dari dalam, rukun penghuni"nya, tak mudah dipecah belah.Banyak semoga lainnya. Harapan lain juga pandemi segera berakhir, gejolak perekonomian & status kesehatan Indonesia agar terus meningkat.


Baca Juga:


Tragedi Susur Sungai Renggut Nyawa 11 Siswa di Ciamis


Bulan Maulud, Sejarah Maulid Nabi, Dan Orang Pertama Yang Merayakan Maulidan

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post