Pengertian Ruh Dan Hakikatnya, Menurut Berbagai Sudut Pandang



Ruh adalah sesuatu unsur yang ada dalam jasad yang diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup. Ruh berasal dari kata "Ar Riyaah" yang berarti "angin" (sesuatu yang tak terlihat, tapi berenergi).

Menurut agama Islam, manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah Ta'ala, setelah diciptakan-Nya makhluk lain seperti malaikat, jin, alam semesta, hewan (binatang), tumbuhan dan lainnya. Allah menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna.

Karena manusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan memakmurkannya. Potensi lain yang dimiliki oleh manusia adalah ruh.

Pada persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an di dalam surah Al A'rafAl A’raf: 172, yang berbunyi:

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ

“ ...dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul, (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A’raf: 172) ”

Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia dianggap sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan ajaran yang lurus.

Dalam Alquran dijelaskan, Allah SWT meniupkan ruh ke dalam tubuh Adam AS untuk menghidupkannya (QS as-Sajadah [32]: 9).

ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ ۖ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ

Artinya:
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur".

Ruh merupakan zat murni yang tinggi, hidup, dan hakikatnya berbeda dengan tubuh. Tubuh dapat diketahui dengan pancaindra, sedangkan ruh menyelusup ke dalam tubuh, sebagaimana menyelusupnya air di dalam bunga, tidak larut dan tidak terpecah-pecah, untuk memberi kehidupan pada tubuh selama tubuh itu mampu menerimanya.

Dalam Alquran, ruh terkadang diartikan dengan malaikat dan wahyu. Di samping itu, beberapa pakar tafsir mengartikan ruh dengan jiwa. Dalam Alquran kata an-nafs diartikan dengan jiwa. Seperti kata-kata an-nafs al-mutma’innah (jiwa yang tenteram) pada surah al-Fajr [89]: 27-30.

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُۙ ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ۚ فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ

Artinya:
"Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (Q.S. Al-Fajr [89]: 27-30)

Dalam ayat ini bisa dimaknai, kata ruh mempunyai pengertian yang sama dengan an- nafs. Adapun perbedaannya terletak pada penggunaannya saja.

Misalnya, dalam ayat yasalunaka ‘an ar-ruh, qul ar- ruh min amri Rabbi (Mereka akan menanyaimu tentang ruh, maka katakanlah bahwa ruh itu urusan Tuhanmu), dan ayat ya ayyatuha an-nafsu al-mutmainnah irji’i ila Rabbiki radiatan mardiyah (wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu).

Dalam filsafat dan tasawuf Islam, di samping istilah an-nafs dan ruh, juga ditemukan istilah al-qalb (kalbu) dan al-‘aql (akal). Empat istilah tersebut mempunyai hubungan yang erat sekali. Perbedaannya terletak pada penggunaan arti.

Para sufi mengartikan an-nafs sebagai sumber moral yang tercela, sedangkan ruh adalah sumber kehidupan dan sumber moral yang baik. Ruh juga sesuatu yang halus, bersih, dan bebas dari pengaruh hawa nafsu yang merupakan rahasia Allah SWT yang hanya bisa diketahui oleh manusia tertentu setelah Allah SWT memberikan kasyf (gambar yang terbayang) kepadanya.

Al-qalb atau kalbu diartikan sebagai wadah untuk makrifat, suatu alat untuk mengetahui hal-hal yang bersifat Ilahiah. Ini dimungkinkan jika hati telah bersih sebersih-bersihnya dari hawa nafsu, melalui pola hidup yang zuhud, warak, dan zikir secara terus-menerus.

Sedangkan, al-aql atau akal diartikan sebagai alat untuk mengetahui ilmu yang diamati dari pancaindra atau dari hal-hal yang zahir (lahir). Karena itu, tingkatnya berada di bawah tingkatan al-qalb.

Para cendekiawan Muslim banyak yang memilih diam dalam mempelajari asal-usul ruh. Mereka mengemukakan alasan bahwa jiwa atau ruh itu adalah urusan Allah SWT yang tidak diketahui oleh siapa pun kecuali hanya Allah SWT (QS al-Isra’ [17]: 85).

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

Artinya:
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Hubungan ruh dengan jasad dikemukakan oleh filsuf Islam, al-Farabi dan al-Gazali. Al-Farabi mengatakan bahwa jiwa atau ruh merupakan bentuk bagi jasad di satu pihak dan jauhar ruhani di lain pihak. Ruh selalu bekerja melalui jasad dan jasad membentuk sasaran ruh. Ruh atau jiwa tidak akan ada jika jasad tidak bersedia menerimanya.

Dalam hal kerja ruh atau jiwa ini, al-Gazali membaginya ke dalam dua macam arti. Pertama, dalam arti materiil (ruh hewani), dan kedua, dalam arti imateriil (ruh insani). Dalam arti pertama adalah organ jasad yang bekerja sebagai daya penggerak maupun daya yang mengetahui.

Arti kedua, jiwa adalah nafs natiqah, dengan daya praktik dan teori. Hubungan kedua macam jiwa ini dapat diketahui dengan ilham (ilmu mukasyaf), yang merupakan pembuka tabir hakikat hubungan keduanya karena kesulitan terletak pada perbedaan hakikat antara jiwa dan jasad.

Jiwa sebagai jauhar ruhani berasal dari alam Ilahi (alam malakut), sedangkan jasad berasal dari alam kejadian (khalq). Namun, yang jelas, menurut al-Gazali, jasad bukan tempat ruh karena tidak mendiami tempat tertentu. Jasad hanyalah merupakan alat. Ruh mendatangi jasad sebagai substansi yang juga diperlukan oleh jasad bantuannya.

Ruh mengatur dan bertasaruf (bertindak) pada jasad sebagaimana halnya raja dengan kerajaannya. Keperluan jiwa terhadap badan dapat diumpamakan dengan perlunya bekal bagi musafir. Seseorang tidak akan sampai kepada Tuhan kalau ruh tidak mendiami jasadnya selama di dunia. Tingkat yang lebih rendah harus dilalui untuk sampai pada tingkat yang lebih tinggi.

Al-Gazali berkesimpulan bahwa hubungan ruh dengan jasad merupakan hubungan yang saling memengaruhi. Di sini al-Gazali mengemukakan hubungan dari segi maknawi karena wujud hubungan itu tidak begitu jelas.

Lagi pula ajaran Islam tidak membagi manusia dalam kenyataan hidupnya pada aspek jasad, akal, atau ruh, tetapi merupakan suatu kerangka yang saling membutuhkan dan mengikat. Itulah yang dinamakan manusia.

Dalam pemahaman lain mengenai Ruh menurut pendapat Agama zoroaster dan kajian Science yaitu sebagai berikut:

Zoroaster adalah agama monotheisme yang muncul di Persia sejak 1.100 tahun SM, atau 150 tahun sebelum lahirnya agama Abrahamic.

Menurut kepercayaan Zoroaster, ketika seseorang meninggal, Roh nya meninggalkan tubuh, tetapi tetap berada di sekitarnya selama tiga hari tiga malam. Roh menderita kecemasan dan kesedihan  yang disebabkan oleh perpisahan yang tiba-tiba. Artinya, Roh bisa bergerak, bisa diam, bisa cemas & bisa bersedih.

Selama periode ini, malaikat agung Vohuman dan Mithra mempersiapkan catatan tentang perbuatan baik dan buruk, untuk diadili di dunia spiritual.  

Pada malam ketiga Ruh meninggalkan dunia material dan masuk ke dunia spiritual yang dipimpin oleh seorang malaikat bernama Daena, yang mewakili hati nurani. Artinya, Ruh bisa dipimpin, bisa mendengar perintah, bisa melihat aba-aba, & bisa berfikir.

Sampai di jembatan Chinvat (Jembatan Penghakiman). 
• Roh yang baik dibawa ke surga dan 
• Roh yang jahat dibawa ke dunia hukuman.  

Perjalanan Roh² yang ditakdirkan untuk pergi ke surga dibuat menyenangkan oleh para malaikat, sedangkan para pendosa mengalami pengalaman yang menyakitkan saat mereka didorong secara paksa ke neraka.
(Artinya : Roh bisa merasakan kegembiraan, kebahagiaan, kesakitan)

Roh² akan tetap tinggal di tempat masing² sampai akhir siklus jasmani.  

Pada saat akhir siklus jasmani, akan ada Hari Penghakiman. Tuhan akan menghidupkan kembali semua Roh yang mati dan menimbang kebajikan mereka sekali lagi.  

Mereka yang baik akan diberi pahala dengan kehidupan surgawi yang kekal. Sedangkan sisanya akan mendapatkan siksa secara permanen.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat diuraikan gambaran Roh adalah sbb:

1. Roh bisa bergerak
2. Roh bisa diam
3. Roh bisa cemas
4. Roh bisa bersedih
5. Roh bisa mendengar
6. Roh bisa melihat
7. Roh bisa berfikir
8. Roh bisa bergembira/bahagia
9. Roh bisa kesakitan
10. Ke 9 aktifitas di atas itu memerlukan energi. 

Mari kita analisa satu per satu dengan SCIENCE:

1. RUH bisa BERGERAK.
Pastilah ia punya massa.
• Massa berarti molekul, atau
• Atom, atau 
• Partikel² penyusun atom lainnya, seperti:
- Elektron
- Proton 
- Neutron

• Atau Partikel² elementer lainnya:
- Quark
- Muon
- Gluon
- Elektron
- Neutrino
- Dll 
yang bisa dikelompokkan menjadi 2 jenis:
• Boson
• Fermion

Ke semua partikel² elementer tersebut sudah bisa diamati di Large Hadron Collider (LHC)

Ke semua partikel² tersebut sudah bisa dideteksi dengan peralatan yg canggih. Kalau pun manusia tidak bisa melihat,  maka peralatan bisa mendeteksi keberadaan Roh (kalau memang ada).

Jadi, apakah keberadaan Roh sudah pernah terdeteksi peralatan peralatan canggih?

2. Ruh bisa diam
Berarti Roh bukanlah gelombang, yang merambat.

3. Ruh bisa cemas
Cemas & rasa takut pada manusia itu karena rendahnya hormon dopamin saat itu.

Jadi apakah rasa cemas Roh itu juga dipicu oleh rendahnya hormon dopamin?

4. Roh bisa bersedij
Rasa sedih pada manusia itu dipicu karena rendahnya hormon Thyroxine

Jadi apakah rasa sedih Roh itu juga dipicu oleh Thyroxine ?

5. Roh bisa mendengar
Manusia bisa mendengar itu karena ada sensor getaran gendang telinga. Sinyal getar diteruskan oleh syaraf ke otak untuk dioleh menjadi informasi audio.

Lalu apakah jenis sensor getar yg dipunyai oleh Roh?

6. Roh bisa melihay
Manusia bisa melihat itu karena mata punya Retina yang menangkap Foton (gelombang cahaya). Sinyal foton diteruskan oleh syaraf ke otak untuk dioleh menjadi informasi video.

Lalu apakah jenis sensor foton yang dipunyai oleh Roh?

7. Roh bisa berfikir
Manusia bisa berfikir itu karena punya 100 milyar sel neuron dalam otaknya. Otak ibarat CPU dalam komputer.

Jadi apakah jenis prosesor (CPU) yang dimiliki oleh Roh?

8. ROH bisa bergembira/bahagia
Rasa Gembira pada manusia itu dipicu oleh Tingginya :
• hormon serotonin &
• hormon endorpine

Jadi, apakah rasa Gembira Roh itu juga dipicu oleh hormon hormon di atas.?

9. ROH bisa kesakitan
Rasa sakit pada manusia dideteksi oleh syaraf (sensor) peraba. Sinyal rabaan ujung syaraf diteruskan ke otak hingga terolah sebagai rasa sakit.

Jadi apakah rasa kesakitan Roh tersebut juga diatur oleh sistem syaraf seperti pada manusia?

10. ROH butuh pasokan energi
• Manusia mencukupi kebutuhan energinya dengan makan, minum & bernafas.
• Energi manusia dipasok dari hasil metabolisme : 
- Merubah karbohidrat menjadi glukosa dalam proses pencernaan.
- Merubah glukosa menjadi energi gerak Adenosine Tri Phospat (ATP) dengan bantuan Oksigen (O²).

Jadi bagaimana Roh bisa memenuhi kebutuhan energinya untuk menunjang ke 9 aktifitas di atas?

Wallahu A'lam.

Baca Juga:


Post a Comment (0)
Previous Post Next Post