Rasulullah SAW dimakamkan di kamar Aisyah RA, yang saat ini berada di kawasan Raudhah, Masjid Nabawi, Madinah. Sejarah ternyata pernah mencatat upaya pencurian jasad Rasulullah, namun berkat penjagaan Allah SWT, berbagai konspirasi pencurian tersebut akhirnya gagal.
Upaya yang pertama, dilakukan oleh salah satu penguasa Dinasti Fatimiyah pada abad ke-5 Hijriyah, yaitu al-Hakim bi Amrillah. Pengemban misi tersebut adalah salah satu tentara elitenya yaitu Abu al-Futuh. Dia berencana memindahkan jasad Rasul ke Mesir.
Namun apa daya, Allah SWT mengirimkan angin kencang yang nyaris mengguncang tanah saking kuatnya. Abu al-Futuh menyadari kesalahannya, lalu kembali ke Mesir dan bertaubat.
Upaya jahat kedua, masih dilakukan atas instruksi al-Hakim bi Amrillah. Tak dijelaskan kapan hal itu terjadi. Kali ini, pasukan elite penguasa Dinasti Fatimiyah tersebut mencoba mencuri jasad Rasulullah dengan menggali terowongan di bawah Masjid Nabawi.
Untuk menyamarkan aksi, mereka sengaja menyewa rumah dekat Masjid Nabawi. Akan tetapi aksi mereka terungkap, para pelaku pun dieksekusi mati.
Ketiga, aksi pencurian pernah terjadi pada 557 Hijriyah, era kepemimpinan Sultan Nuruddin Zanki. Kali ini, otak pencurian adalah para raja Nasrani. Sementara eksekutornya adalah dua orang Maroko.
Ketiga, aksi pencurian pernah terjadi pada 557 Hijriyah, era kepemimpinan Sultan Nuruddin Zanki. Kali ini, otak pencurian adalah para raja Nasrani. Sementara eksekutornya adalah dua orang Maroko.
Modusnya persis dengan aksi kedua yaitu dengan menggali terowongan. Aksi tersebut terungkap setelah Nuruddin mimpi bertemu Rasulullah yang memberitahukan aksi kedua orang Maroko itu.
Benar saja, Nuruddin datang ke Madinah dan mendapati persis apa yang disampaikan Rasulullah. Keduanya pun dieksekusi mati.
Benar saja, Nuruddin datang ke Madinah dan mendapati persis apa yang disampaikan Rasulullah. Keduanya pun dieksekusi mati.
Tak hanya itu Nuruddin menginstruksikan pembuatan dinding dari besi yang kuat untuk melindungi makam Rasul dan kedua sahabatnya, Abu Bakar dan Umar bin Khatab.
Keempat, aksi dilakukan sekelompok Kristen Romawi dari Syam. Kali ini mereka melakukan aksinya terang-terangan. Begitu sampai di Laut Merah, para pelaku meneror dan membunuh umat Islam.
Keempat, aksi dilakukan sekelompok Kristen Romawi dari Syam. Kali ini mereka melakukan aksinya terang-terangan. Begitu sampai di Laut Merah, para pelaku meneror dan membunuh umat Islam.
Para pelaku hendak menuju Madinah dan mengeluarkan jasad Rasulullah. Begitu sampai dekat Madinah, keberadaan mereka diketahui oleh sejumlah orang Mesir. Beberapa pelaku terbunuh sebagiannya lagi ditahan.
Aksi yang kelima, terjadi pada abad ke-7 Hijriyah. Ketika itu 40 laki-laki dari Aleppo, Suriah, berusaha mengambil jasad Rasul dengan menyogok Gubernur Madinah dan meminta agar dibukakan kamar Rasul.
Aksi yang kelima, terjadi pada abad ke-7 Hijriyah. Ketika itu 40 laki-laki dari Aleppo, Suriah, berusaha mengambil jasad Rasul dengan menyogok Gubernur Madinah dan meminta agar dibukakan kamar Rasul.
Nyaris saja rencana mereka berjalan mulus, namun begitu mereka membuka ruangan dimana Rasul dimakamkan, tiba-tiba tanah terbelah menjadi dua, mereka pun terperosok ke dalam.
Seperti cerita pencurian di bawah ini..
Cerita pencurian besar ini terjadi di tahun 1164 masehi atau 557 Hijriah. Yaitu saat masa pemerintahan Sultan Nuruddin Mahmud Zanki. Pada suatu malam, Sultan Nuruddin bermimpi dalam tidurnya setelah shalat tahajjud.
Seperti cerita pencurian di bawah ini..
Cerita pencurian besar ini terjadi di tahun 1164 masehi atau 557 Hijriah. Yaitu saat masa pemerintahan Sultan Nuruddin Mahmud Zanki. Pada suatu malam, Sultan Nuruddin bermimpi dalam tidurnya setelah shalat tahajjud.
Ketika dalam mimpinya tersebut, Sultan melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam mengisyaratkan kepadanya tentang dua orang berambut pirang,seraya mengatakan, “Selamatkan aku! Selamatkan aku dari dua orang ini!
Wallahu A'lam
Maka dia bangun dari tidurnya dengan keadaan takut. Kemudian dia berwudhu dan shalat lagi, lalu tidur. Dalam tidurnya ini juga bermimpi tentang hal yang sama, maka dia pun bangun, lalu berwudhu dan shalat lagi.
Kemudian ketika tidur, dia juga bermimpi hal yang sama untuk ketiga kalinya, maka Sultan bersegera bangun dan mengatakan, “Tidak mungkin aku tidur lagi.”
Sultan Nuruddin memiliki menteri yang terkenal, bernama Jamaluddin Al Mushili. Maka dipanggillah menterinya itu pada malam itu juga sebelum Subuh, dan menceritakan kepadanya apa yang dilihatnya dalam mimpi, dan mengatakan kepadanya, “Rahasiakan apa yang aku ceritakan kepadamu.”
Maka Sultan dan menterinya bersama rombongan pergi ke Madinah dengan membawa banyak harta. Perjalanan ini ditempuh selama 16 hari.
Ketika sampai di Madinah, Sultan Nuruddin mandi di luar masjid, kemudian masuk masjid Nabawi untuk sahalat diraudhah, lalu berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam. Kemudian dia duduk dan tidak mengerti apa yang akan dilakukan.
Maka sang menteri berkata kepadanya, “Apakah engkau mengenali dua orang itu jika melihat keduanya?” Ia berkata, “Ya.” Lalu ketika penduduk Madinah berkumpul di masjid, sang menteri mengatakan:
“Sesungguhnya Sultan bermaksud ziarah ke makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan membawa banyak harta untuk disedekahkan. Maka tulislah orang-orang yang ada di sekitar kalian!”
Lalu mereka menulis seluruh nama penduduk Madinah, dan Sultan Nuruddin menyuruh agar menghadirkan mereka. Ketika mereka berkumpul untuk mengambil pemberian dari Sultan, maka setiap orang yang hadir diperhatikan oleh Sultan untuk menemukan kemiripan dengan 2 kepala di mimpinya.
Namun Sultan tidak mendapatinya sama sekali. “Apakah masih ada yang tersisa seseorang yang belum mengambil sedekah?”
Mereka menjawab, “Tidak!”. “Cobalah pikirkan sekali lagi!” kata Sultan. .
Maka mereka mengatakan, “Tidak tersisa seorang pun kecuali dua orang dari Maghribi yang tidak mengambil pemberian dari siapapun.
Keduanya adalah orang shalih dan kaya serta banyak memberikan sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan. Maka Sultan Nuruddin menjadi lega dadanya, lalu dia mengatakan, “Datangkanlah kedua orang itu kepadaku.” .
Pada saat keduanya datang, Sultan melihat bahwa keduanya sama dengan ciri-ciri yang diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam kepadanya di dalam mimpinya dengan mengatakan, “Selamatkan aku dari kedua orang ini”
Maka Sultan mengatakan kepada keduanya, “Darimanakah kalian?” Keduanya menjawab, “Dari daerah Maghribi. Kami datang untuk haji, dan pada tahun ini kami memilih tinggal di tempat yang dekat makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam.”
Sultan berkata, “Jujurlah kalian!” Tapi keduanya diam membisu, maka Sultan berkata, “Di mana tempat tinggal kalian?” Lalu Sultan diberitahu bahwa keduanya tinggal di pondokan dekat makam Rasul.
Maka Sultan memegang keduanya untuk dibawa ke tempat tinggal keduanya, dan di sana Sultan mendapati banyak harta, dua koper dan kitab-kitab tentang kelembutan hati, namun tidak melihat sesuatu pun yang selain itu.
Lalu penduduk Madinah banyak memuji kedua orang tersebut dengan mengatakan, “Keduanya rajin puasa, selalu shalat di raudhah, ziarah ke makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan ke Baqi’ setiap pagi, datang ke masjid Quba’ setiap Sabtu dan tidak pernah menolak orang yang meminta sama sekali. Keduanya menutupi kebutuhan penduduk Madinah pada tahun paceklik ini.” Maka Sultan mengatakan, “Subhanallah!”
Lalu Sultan mengelilingi rumah sendiri, kemudian mengangkat tikar yang terdapat di dalam rumah, betapa kagetnya, Sultan melihat galian terowongan ke arah kamar makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam.
maka bergemetarlah manusia karena itu. Ketika itulah Sultan dengan marah mengatakan, “Jujurlah kalian berdua!!"
Sultan memukul keduanya dengan sangat keras.
Maka keduanya mengaku bahwa keduanya adalah orang Non Muslim yang diutus oleh orang-orang dari negerinya dengan berpenampilan jamaah haji dari Maghribi serta dibekali banyak harta, dan diperintahkan untuk melakukan pencurian jasad Rasul.
Demi melancarkan aksinya, keduanya bertempat di rumah yang paling dekat ke makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan melakukan penggalian terowongan pada malam hari, di mana masing-masing dari mereka membawa tas koper kulit dan busana Maghribi.
Lalu tanah yang terkumpul dimasukkan ke dalam koper, dan keduanya keluar seraya menampakkan ziarah ke Baqi’ dengan maksud sebenarnya adalah membuang tanah hasil galian ke pemakaman Baqi’.
Demikian itulah muslihat jahat yang dilakukan keduanya dalam tempo cukup lama dengan harapan bisa memindahkan jasad Nabi Shallallahu ‘alahi Wassallam agar bisa dibawa ke negeri mereka.
Hingga ketika galian keduanya telah mendekati makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam, maka langit bergemuruh petir dan terjadilah guncangan besar.
Paginya Sultan Nuruddin datang untuk menangkap kedua orang tersebut.
Ketika keduanya mengaku dan nampak bukti-bukti perbuatan keduanya, maka Sultan memerintahkan keduanya dihukum mati yang eksekusinya dilakukan di bawah jendela di samping makam Rasulullah
Kemudian Sultan kembali lagi ke negerinya, dan memerintahkan untuk melemahkan kaum asal kedua orang tersebut dan tidak memberikan kepada orang kaumnya pekerjaan apa pun dalam pemerintahan, disamping itu juga memerintahkan untuk menaikkan semua pajak terhadap mereka.
Dikutip dari kitab Wafa’ Al Wafa karya Ibnul Jauzi 2: 648-650.
Wallahu A'lam
Baca Juga: