Mensyukuri Nikmat Allah


Anda punya uang 100 ribu, Anda ingin bakso, tapi Anda enggan membelanjakannya karena ada rasa khawatir uangnya habis dan ada dorongan rasa ingin utuh memilikinya, itu namanya Anda terobsesi memiliki harta, hingga kebutuhan Anda hanya ingin menikmati bakso, namun Anda jegal hanya karena ingin utuh memiliki 100 ribu. Di situ obsesi Anda memiliki harta bukan menikmati harta.


Banyak orang menjegal pengeluaran finansial, memangkas kebutuhan hidup, mengefesienkan finansial, hanya karena ingin bertahan menabung, bertahan mengutuhkan uangnya. Obsesi memiliki harta lebih besar dari obsesi menikmati harta.


Padahal kalau memang harta untuk dimiliki, kenapa Anda harus mati? Saat Anda mati, harta yang Anda miliki akan terlepas semua.


Umpama Anda mati waktu Maghrib, karena gelap dan hujan, terpaksa Anda dikuburkan esok siangnya. Di situ penguburan Anda ditunda semalam, jenazah Anda "diinapkan" semalam.


Coba menyakitkan, tidak? Jenazah Anda dibaringkan di rumah Anda sendiri, di ranjang Anda sendiri, kok bahasa yang digunakan "diinapkan". Emang Anda sedang bertamu? Atau sedang booking hotel? Rumah Anda sendiri kok disebut menginap, kurang ajar kan?


Itu tanda saat Anda mati, rumah yang Anda akui sebagai milik Anda, lepas semua dari genggaman kuat Anda, dan bukan lagi milik Anda.


Jadi kalau Anda mengais rezeki lalu obsesinya agar memiliki harta, Anda akan alami mual-mual dan muntah-muntah sendiri.


Harta itu agar dinikmati untuk menyukupi kebutuhan hidup Anda. Rayakan rezeki Anda dengan pencukupan berbagai kebutuhan hidup. Dan sebagai bentuk syukur anda terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kita.



وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ


“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu rayakan.” (Q.S. Adh-Dhuha : 11).


Umpama punya 100 ribu, ingin bakso ya langsung beli. Habis beli bakso, anak minta jajan, ya jajankan. Untuk menyukupi kebutuhan-kebutuhan Anda itu tujuan Allah Menncukupo Anda.


Lah baru baca tulisan saya, "Hemat pangkal miskin", misalkan, hati Anda langsung berkata, "Kalau uangnya habis ya jadi tidak punya pegangan dong. Ada kebutuhan mendadak, bagaimana?" Atau hati Anda berkata, "Tidak irit, bagaimana bisa kaya?" Nah kan, obsesinya masih kuat memiliki harta.


Pada saat Anda belum happy membelanjakan harta Anda, itu artinya obsesi Anda masih memiliki harta. Harta mau dimiliki? Harta bukan untuk dimiliki, kalau punya ya dinikmati saja. Jangan takut anda tidak bisa makan, dan kebutuhan Anda tidak Di cukupi Sama Allah. Sebab Allah Sendiri telah berfirman sebagai berikit:


وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ


“Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. [Ath-Thalaq/65 : 3]


وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا


“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar”. [Ath-Thalaq/65 : 2]


وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا


“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya”. [Ath-Thalaq/65 : 5]


وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا


“Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. [Ath-Thalaq/65 : 4].


وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata. ” Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Jika seseorang keluar dari rumah, maka ia akan disertakan oleh dua orang malaikat yang selalu menemaninya. Jika orang itu berkata Bismillah (dengan menyebut nama Allah), kedua malaikat itu berkata : Allah telah memberimu petunjuk, jika orang itu berkata : Tiada daya dan upaya dan kekuatan kecuali kepada Allah, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah dilindungi dan dijaga, dan jika orang itu berkata : Aku bertawakal kepada Allah, kedua malaikat itu berkata : Engkau telah mendapatkan kecukupan”.


Lalu Anda bertanya, "lantas apa tujuan kita mengumpulkan harta kalau bukan untuk dimiliki?"


Kaya itu bukan karena Anda pandai mengumpulkan harta, kaya itu karena rezekinya yang Allah Karuniakan Kepadamu Sesuai dengan Jerih payahmu. 


وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ


"Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.." QS. An-Najm Ayat 39


‏‎‎الاجر بقدر التعب


Al’ajru biqodri ta’ab.


"Imbalan atas pahala tergantung kadar kesulitan yang kita hadapi." 


Obsesi memiliki harta itu yang jadikan Anda awet melarat, artinya Anda malah kesulitan memiliki harta. Jika tidak awet melarat, karena obsesi tarikan hatinya adalah memiliki, Anda bisa saja memiliki hartanya, tapi itu energi hartanya sangat negatif, akhirnya mengelola bisnis sampai kecapaian hanya untuk setor bank, pekerjaan dan penghasilan sangat mapan, tapi uang tidak terkumpul juga, habis dan kurang terus-menerus dan seterusnya.


Yang terpenting dalam hidup ini adalah, bukan seberapa banyak yang bisa kita miliki. Namun, seberapa banyak yang bisa kita nikmati untuk kemudian kita syukuri.


Untuk apa semua kekayaan, ketenaran, kecantikan, kekuasaan, kesuksesan dan popularitas yang kita miliki, jika kita tak bisa menikmati, bahagia kah?


Sungguh menderitanya mereka yang merasa memiliki segalanya, namun tak bisa menikmati apa yang mereka punya.

Baca Juga:


Post a Comment (0)
Previous Post Next Post