Tragedi Bintaro II dan Pengorbanan 3 Syuhada Kereta Api


Senin 9 Desember 2013, kecelakaan maut perkeretaapian Indonesia kembali terjadi.Kali ini tepat di pintu perlintasan Pondok Betung, hanya sekitar 200 meter dari lokasi tragedi Bintaro I.


Kereta Commuter Line yang melaju dari arah Serpong ke Tanah Abang menghantam truk tangki pengangkut BBM milik Pertamina yang berhenti ditengah rel. Lalu terjadilah ledakan dan gerbong pertama kereta ringset serta terbakar.


Namun tercatat 9 orang yang tewas, padahal jika dipikir pikir angka tersebut bisa dikatakan "sedikit" jika melihat bagaimana penuhnya gerbong kereta saat itu. Kenapa bisa demikian? Ketiga orang yang digelari oleh KAI sebagai "3 Syuhada Kereta Api" inilah 3 tokoh dibalik semua itu.


Mari kita kenalan dengan tiga serangkai syuhada tersebut, atas nama Masinis Darman Prasetyo, asisten masinis Agus Suroto, dan teknisi kereta Sofyan Hadi.



Apa yang mereka lakukan di penghujung hidupnya bisa dikatakan sebuah sifat kemanusiaan dan kepahlawanan serta besarnya tanggung jawab.


Awalnya hal ini dimulai dengan truk pertamina yang menerobos palang rel. Karena sudah berada di tengah, maka petugas palang saat itu mencoba membiarkan truk agar bisa lewat, namun ternyata truk pertamina itu mogok dalam posisi melintang ditengah rel


Sementara dari kejauhan, KRL mengarah padanya. Naas, bentuk rel yang melengkung membuat masinis baru melihatnya pada jarak 107 meter. Hal yang sama yang menjadi alasan terjadinya Tragedi Bintaro I. Masinis Darman sudah mencoba mengerem sebanyak 2x namun gagal memberhentikan kereta.


Sekedar info, untuk memberhentikan kereta dengan kecepatan 70km/jam dibutuhkan jarak sekitar 235.4 meter dan jarak antara kereta tujuan Serpong-Tanah Abang itu dengan truk pertamina di depannya tidak cukup untuk melakukan pengereman


Mengetahui akan terjadi tabrakan hebat, Sofyan dan Agus keluar dari ruang kemudi dan segera ke gerbong pertama yakni gerbong wanita. Keduanya memperingatkan para penumpang untuk bergerak ke gerbong belakang karena akan terjadi tabrakan.


Jeritan dimana mana. Orang orang mulai bertakbir sambil berdesakan bergerak ke gerbong tengah. Yang lemah terinjak, yang kecil tertinggal. Salah seorang anak perempuan sempat terlepas dari genggaman orang tuanya, dan dgn sigap Sofyan menggendongnya dan mengantarkannya ke gerbong ketiga.


Namun, ketimbang bertahan dan terus bergerak ke tengah, Sofyan dan Agus memilih kembali. Menemani rekannya Darman kembali di ruang kemudi. Bahkan saksi mata yang melihatnya sempat berkata "kalau saja petugas itu gak balik lagi ke depan, pasti udah selamat".


Agus dan Sofyan kembali ke gerbong pertama dan masuk kembali ke ruang kemudi. Menemani rekannya sang masinis Darman. Ketiganya hingga detik detik terakhir masih berusaha menghentikan kereta atau setidaknya membuat tabrakan tidak terlalu keras.


Mungkin benarlah kata orang bijak dahulu, "sifat seseorang dapat keluar aslinya saat ia berada di keadaan terdesak". Dalam kondisi berhadapan dengan maut ini, ketiganya tetap mengemban tugas dan menjunjung rasa tanggung jawab yang sangat luar biasa.


Naas, usaha ketiganya untuk menghentikan kereta gagal. Tabrakan itu terjadi dan menghasilkan ledakan berkali kali akibat muatan yang dibawa oleh truk tangki pertamina. Jeritan ketakutan dan tangis pecah di gerbong gerbong. Ketakutan akan kematian.


Namun usaha ketiganya di akhir hidup mereka tidak sia sia. Tabrakan yang cukup keras dan beresiko itu menyebabkan 9 korban tewas. dan 3 diantaranya adalah Sofyan, Darman dan Agus.


Ketiganya ditemukan dalam kondisi terbakar dan terhimpit di ruang kemudi, di gerbong pertama. gerbong yang ringset dan terbakar. Mereka menjemput ajalnya dengan menyelamatkan banyak orang.



Sebenarnya ketiganya bisa saja melompat atau berlari ke gerbong tengah seperti penumpang lainnya, namun mereka lebih memilih jalan hidupnya sebagai pahlawan.


Jika saja mereka tidak melakukan tindakan penyelamatan dan pengorbanan itu, bisa diprediksikan jumlah korban yg tewas akan jauh lebih banyak karena tabrakan keras yang mendorong gerbong belakang mendorong gerbong di depan dan ledakan yang dahsyat.


Pengorbanan ketiganya diabadikan dengan sebuah prasasti yang bisa kita lihat di stasiun Tanah Abang dekat tangga turun ke peron. Prasasti itu menggambarkan wajah ketiganya disertai tulisan berikut:



PRASASTI PERINGATAN Untuk mengenang tiga syuhada kereta api, Darman Prasetyo (Masinis, NIPP 52536), Agus Suroto (Asisten Masinis, NIPP 62639), Sofyan Hady (Teknisi Kereta Api, NIPP 64164). Sebagai penghargaan dan penghormatan tinggi atas pengorbanan luar biasa semasa hidup mereka dalam tragedi kecelakaan kereta rel listrik, No. KA 1131. pada 9 Desember 2013 di perlintasan kereta api Pondok Betung, Bintaro. "KITA BEKERJA UNTUK MENGINGAT KEMARIN, MEMPERBAIKI HARI INI, DAN DEMI MASA DEPAN."


Selain itu sebagai penghargaan dan penghormatan atas jasa ketiganya, nama masing masing kru tersebut dijadikan nama pusdiklat. Sofyan Hadi menjadi nama Diklat BPTP Bekasi sehingga menjadi Balai Pendidikan dan Latihan Sofyan Hadi.


Darman Prasetyo menjadi nama Diklat BPTT Yogya sehingga menjadi Balai Pendidikan dan Latihan Darman Prasetyo.


Dan Agus Suroto menjadi nama dikat Opsar Bandung sehingga menjadi Balai Pendidikan dan Latihan Agus Suroto.


Baca juga


Tragedi Tanjung Priok 1984


Kisah Tragis Pembunuhan Dan Pemerkosaan Junko Furuta

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post