Kasus Pedofilia Dan Mutilasi Robot Gedek Dan Baikuni (Babe)

Banyaknya kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur atau kerap disapa pedofilia membuat kita mengulas kembali tentang pria pedofil yang namanya sempat mengguncangkan publik, mereka adalah Robot Gedek dan Baikuni / Babe.




Kasus Robot Gedek

Robot Gedek alias Siswanto menghiasi pemberitaan sekitar tahun 1996 karena aksi kejamnya membantai anak-anak di bawah umur. Dirinya diketahui menyodomi dan membunuh korban dengan cara yang kejam, yakni dengan memotong-motong tubuh korban (mutilasi).

Pria tuna wisma dan buta huruf ini terkenal dengan aksinya yang kejam. Sebab dia menyodomi 12 anak di bawah umur, dengan kemudian mereka dibunuh dengan disayat dan dipotong tubuh, sebelum akhirnya dibuang ke beberapa tempat seperti Pondok Kopi, Jakarta Timur dan sekitar rawa-rawa bekas Bandara Kemayoran, Jakarta Pusat.

Menurut catatan Polres Jakarta Pusat dan Jakarta Timur, dari 12 korban ini, hanya 8 jenazahnya yang berhasil ditemukan, di antaranya dua korban yakni Rio dan Wisnu yang dimutilasi menjadi beberapa bagian ditemukan di semak-semak Bandara Kemayoran.

Siswanto mengaku melakukan itu sendirian. Dia Memotong-motong bagian tangan, kaki, dan kepala anak. Kedua anak ini sebelum dibunuh, terlebih dahulu disodomi.

Menurut catatan polisi, Siswanto melakukan aksi bengisnya dalam kurun waktu 1994 sampai 1996. Korbannya delapan anak jalanan di Jakarta. Empat mayat korban ditemukan di Kemayoran, Jakarta Pusat, sisanya di Pondok Kopi, Jakarta Timur. Kondisi mereka seragam; bekas jeratan di leher, sayatan di perut, dan anusnya terdapat bekas luka terkena benda tumpul.

Polisi sempat kewalahan mengusut pembunuhan berantai ini. Hampir dua tahun, polisi, catat Gatra, “seperti menemui jalan buntu". Polisi memperoleh titik terang usai korban kedelapan (namanya Kasikin) ditemukan. Ditambah lagi, polisi mendapatkan keterangan beberapa saksi. Dari keterangan tersebut, ketemulah nama Robot.

Mulanya polisi ragu dengan nama Robot Gedek / Siswanto. Pasalnya, secara fisik Robot dianggap “tidak seperti seorang pembunuh". Namun, setelah melakukan pengecekan berkali-kali, polisi akhirnya meyakini bahwa pelaku pembunuhan adalah Robot Gedek.

Upaya pencarian Robot pun segera dilakukan. Tapi, polisi tak menemukan Robot di Jakarta. Berdasarkan informasi yang polisi dapatkan, Robot pulang ke kampung halaman di Ketandan, Batang, Jawa Tengah.

Polisi lalu menciduk Robot Gedek ketika ia sedang mengemis di stasiun kereta api di Tegal.

Pada 1997, pengadilan menjatuhkan hukuman mati kepada Robot. Ia kemudian dimasukkan ke LP Nusakambangan, Cilacap. Satu dekade berselang, Robot Gedek tewas akibat serangan jantung.

Mengenai pembunuhan berantai yang dilakukan Robot tersebut, Erlangga Masdiana, kriminolog dari Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa anak-anak ditargetkan jadi korban karena “mereka tidak punya kekuatan untuk melawan."

Dalam sidangnya di Pengadilan Jakarta Pusat, Robot Gedek mengaku tak sadar dalam melakukan aksi kejamnya tersebut.

"Dalam bayangan saya, yang saya bunuh itu adalah ayam," ungkap dia waktu itu.

Meski telah melakukan pembelaan, pengadilan tetap menjatuhkannya hukuman mati dan akhirnya dimasukkan ke LP Nusakambangan, Cilacap. Namun, sebelum hukuman mati dilaksanakan, Robot Godek meninggal dunia lebih dulu karena serangan jantung pada 26 Maret 2007.

Kasus Baikuni / Babe

Tak cuma kisah Robot Gedek. Publik dibuat kaget dengan kekejaman Baikuni alias Babe (59) yang menyodomi anak-anak jalanan. Pria asal Desa Mranggen RT 16/VI Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini dijatuhi hukuman mati karena melakukan sodomi terhadap belasan anak di bawah umur serta pembunuhan berantai terhadap 7 bocah, dengan empat di antaranya dibunuh dengan cara dimutilasi.

Ditinggal mati sang istri, Babe kemudian kembali lagi ke Ibu Kota mencoba beradu nasib. Dia memulai hidupnya di kawasan Terminal Pulogadung menjadi penjual rokok dan memelihara anak jalanan dengan memberi mereka makan.

Pola fikir negatif Babe pun muncul ketika hasrat seksualnya datang. Dirinya mencari pemuas hasratnya. Dia tidak perlu jauh-jauh mencarinya, cukup mengambil satu dari anak-anak jalanan yang dipeliharanya.

Belakangan tidak cuma seks yang menyimpang. Jika tak mau melayani nafsu bejatnya, dia tak segan membunuh satu persatu dari mereka. Tidak hanya itu, setelah korban meninggal, Babe dengan kejam memutilasi anak tersebut. Untuk menghilangkan jejak, Babe memasukkan potongan-potongan anak itu ke dalam kardus dan membuangnya ke berbagai titik di Jakarta.

Babe sendiri pernah dihukum 2 tahun penjara di kasus penculikan anak perempuan. Tapi itu tidak membuatnya kapok. Sekeluarnya dari penjara, Babe kembali beraksi.

Babe juga pernah membunuh anak usia 12 tahun dan memutilasinya di Purwokerto, Jawa Tengah. Bahkan kepala korban ia bawa ke Jakarta untuk menghilangkan jejak. Dalam pengakuannya, total 14 anak ia bunuh dan dimutilasi.

Tapi sepandai-pandainya Babe menutupi kejahatannya, akhirnya terbongkar juga.

Bermula dari penemuan kardus berisi potongan anak-anak, polisi langsung melacak asal mula kardus itu. Dibekuklah Babe di rumah sederhananya di Pulogadung. Terungkaplah kejahatan seksual Babe. Untuk mengungkap korban Babe, polisi menggelandang Babe ke kampung halamannya di Magelang. Sebab ia kerap membawa anak-anak pulang ke Magelang.

Pada 6 Oktober 2010, Pengadilan Negeri Jakarta Timur (PN Jaktim) menjatuhkan vonis penjara seumur hidup kepada Babe. Hukuman ini di bawah tuntutan jaksa penuntut umum (JPU) yang menuntut hukuman mati. Jaksa pun banding dan dikabulkan. Pada 13 Desember 2010, vonis ini diperberat menjadi hukuman mati oleh Pengadilan Tinggi Jakarta. Atas vonis sesuai tuntutan JPU ini, Babe mengajukan kasasi. Pada 21 April 2011, hukuman itu tidak berubah. Demikian juga di tingkat PK, MA tetap menghukum mati Babe.

Aksi keji Babe diperkirakan sejak tahun 1998 dan pembunuhan cara mutilasinya baru sejak tahun 2007. Beberapa korban Babe itu sendiri merupakan anak-anak jalanan, di antaranya Arif Kecil, yang mayatnya ditemukan di terminal Pulogadung, Jakarta Timur, dengan tubuh dipotong jadi empat bagian dan tanpa kepala, serta Adi yang mayatnya ditemukan di Pasar Klender, Cakung, Jakarta Timur, dengan tubuh korban dipotong menjadi dua bagian sebelum dibuang ke Pasar Klender, serta beberapa korban Babe lainnya yang dibunuh dengan cara yang sadis.

Dari hasil pemeriksaan psikolog Universitas Indonesia (UI) Prof Sarlito Wirawan bahwa Babe mengidap homoseksual, pedofilia ataupun ketertarikan seksual dengan anak di bawah umur, dan nekrofil yaitu tertarik berhubungan seksual dengan mayat. Kelainan kejiwaan ini dilatarbelakangi oleh masa kecil Babe yang sering mendapat kekerasaan psikologis dan pernah disodomi.

Atas perbuatannya, Babe pun dibekuk jajaran Polda Metro Jaya, serta dijatuhkan hukuman mati oleh Hakim Pengadilan Tinggi.

Baca Juga:


Post a Comment (0)
Previous Post Next Post