Pria sadis ini terlahir dengan nama Antonius Rio Alex Bulo, namun belakangan dia lebih tenar dengan sebutan Rio Martil. Dua martil senjatanya menjadi nama belakang pria kelahiran Sleman, 2 Mei 1978 ini.
Rio si pembunuh sadis ini lalu meregang nyawa di ujung senapan regu tembak 2008 lalu di Banyumas. Pembunuhan berantai yang dilakukannya membuatnya dieksekusi mati.
Biografi Singkat Rio
Sejak kecil, Rio dikenal sebagai anak nakal. Apa yang dilakukan Rio membuat orangtuanya tidak mampu menanganinya lagi. Padahal kala itu Rio baru berumur 8 tahun.
Karena kenakalannya, Rio lalu diungsikan dari Sleman ke Jakarta oleh orangtuanya. Di Jakarta, Rio hidup bersama kakak sulungnya dengan harapan tidak lagi nakal seperti di rumahnya sendiri di Sleman.
Namun di Jakarta, kenalan Rio justru semakin menjadi-jadi. Rio sering bolos sekolah dan memilih berteman dengan preman-preman Pasar Senen. Suka hidup di jalan dan melakukan berbagai aktivitas kejahatan menjadi karib setianya. Rio sering menjual surat-surat kendaraan palsu.
Setelah merasa mandiri dari hasil itu, Rio memutuskan menikah. Namun setelah menikah, bukannya 'sembuh' kejahatan Rio makin menjadi.
Ketika Rio semakin pengalaman mengenai seluk beluk mobil bodong, dia beralih profesi sebagai pencuri mobil. Bahkan tercatat dalam tiga hari, dia bisa menggasak tiga mobil. Saat itu hidupnya makmur.
Meski demikian sang istri tidak tahu kejahatan suaminya. Kepada sang Istri, Rio mengaku berjualan pakaian.
Di Penjara
Jeruji besi pertama dirasakan Rio setelah penadahnya melaporkan dia ke polisi karena melarikan mobil 'bos'-nya. Namun tak lama dia mendekam di bui.
Ketika bebas dari tahanan, Rio terpaksa menekuni profesinya sebagai pencuri mobil lagi. Hasil jarahan yang melimpah membuat Rio sulit berpaling dari kejahatan ini.
Karena di Ibu Kota namanya sudah tenar sebagai maling mobil, Rio kemudian mencoba peruntungan di daerah lain. Saat itu, Rio mulai membekali diri dengan dua martil sebagai senjata. Sasarannya kini adalah pengusaha rental mobil.
Sasaran pertama Rio adalah kota Surabaya. Dengan martilnya, dia menghabisi pengusaha rental mobil dan menggondol sedan Mercy. Setelah sukses di Surabaya, Rio lalu pergi ke Ibu Kota Jawa Tengah, Semarang.
Di Semarang Rio juga berhasil melarikan mobil rental Izusu Panther. Saat menggondol Panther ini, Rio juga menghabisi dua orang secara sadis dengan martil senjatanya.
Usai di Surabaya dan Semarang, Rio mencoba peruntungannya kembali di Yogya. Namun di kota gudeg ini, Rio gagal beraksi.
Namun tak ada kapoknya buat Rio. Pada 12 Januari 2001, Rio menghabisi Jeje Suraji di Baturaden, Banyumas. Dia menggondol sedan Timor milik Jeje yang disewanya dari Bandung.
Di Penjara Kedua Kalinya
Pada 21 Januari 2001 Buronan Polda Jawa Timur, Jawa Barat dan Yogyakarta itu tertangkap di Baturraden, Banyumas Jawa Tengah. Kemudian Rio di masukkan ke Lapas KedungPane Semarang.
Pembunuhan terhadap Jeje ini membuat jejaknya terlacak oleh polisi. Rio lalu ditangkap dan diadili. Hotel prodeo menjadi tempat tinggalnya setelah dijatuhi hukuman mati pada 2001.
Penangkapan Rio membuat pemberitaan ramai. Sejak saat itu, pembunuh sadis ini dijuluki Rio Martil, karena semua korbannya dihabisi dengan cara digada kepalanya dengan martil.
Pada Agustus 2004, pria yang kemudian digelari 'Rio Martil' itu dipindahkan ke Lapas Pulau Nusakambangan. Selama itu dia berusaha mengajukan grasi bahkan Peninjauan Kembali.
Di Nusakambangan, Rio bertemu dengan Iwan Zulkarnaen, koruptor Rp 40 miliar dan divonis 16 tahun penjara. Merasa ada darah Sulawesi, keduanya cepat akrab. Bahkan selama di Lapas, Iwan sempat mengajari Rio mengaji.
Namun siapa sangka, Rio akhirnya juga membunuh Iwan di dalam Lapas. Rio membunuh Iwan awal Mei 2005 di dalam selnya.
"Dia mengaku membunuh Iwan. Benar atau tidak pengakuannya, kami terus menyelidikinya," kata Wakapolres Cilacap saat itu, Kompol Yusri Yunus.
Kepada polisi, ungkap Yusri, Rio mengaku membunuh Iwan karena tersinggung atas perkataannya. Saat itu Rio mengaku, Iwan mengajarinya mengaji di selnya. Di tengah mengaji, hujan turun. Lantai sel Rio pun basah kena air hujan akibat atapnya bocor.
Aktivitas keduanya pun terhenti karena lantai basah. Iwan lalu mengambil lap untuk mengepel lantai sel, sementara Rio duduk di tempat tidur.
Saat itu rokok yang dihisap Rio jatuh ke lantai. Iwan yang sedang mengepel lantai tiba-tiba mengeluarkan kalimat yang membuat Rio tersinggung.
Karena tak mampu menahan emosi mendengar perkataan Iwan, Rio langsung memukul kepala Iwan. Iwan yang tidak siap langsung tersungkur.
Kemudian Rio mengambil sarung untuk membekap kepala Iwan sebelum kemudian membentur-benturkannya ke tembok hingga tewas, kata Yusri kala itu.
Berdasarkan pengakuan itu, polisi menetapkan Rio dalam pusat penyidikan.
Pada tanggal 8 Agustus 2008 Rio akhirnya dihukum mati oleh regu tembak. Rio Martil dieksekusi mati oleh 12 anggota regu tembak, 8 Agustus 2008 di Desa Cipedok, Kecamatan Cilongok, Kab. Banyumas. Namun sebelum mati dieksekusi regu tembak, Rio minta dipertemukan dengan anak istrinya.
"Salah satunya dipertemukan dengan istri dan anak. Itu semua sudah dilakukan. Kemudian, Rio berpesan barang-barang yang ada di LP Nusakambangan diberikan pada napi yang berkelakuan baik," ujar Pranoto, pengacara Rio Martil.
Baca Juga: