Kisah mengerikan disekapnya 11 orang dalam kamar mandi berukuran 1.5M x 1.5M tanpa ventilasi udara hingga 6 diantaranya tewas.
"Kasus Perampokan dan Pembunuhan Pulomas", bagi sebagian pembaca mungkin gak asing dengan judul ini.
Namun mungkin sebagian lagi ada yang belum tau kasus perampokan disertai pembunuhan sadis yang terjadi di salah satu rumah mewah di Pulomas, Jakarta Timur pada tahun 2016 silam.
Sebelum mulai, mari kita doakan bersama sama bagi para korban semoga amal ibadahnya diterima, dosa dosanya diampuni dan diberikan tempat yang baik disisi Tuhan Yang Maha Esa, Aamiin.
Sekali lagi saya peringatkan, foto foto disini mungkin akan membuat pembaca tidak nyaman. Peristiwa ini terjadi pada hari Senin, 26 Desember 2016 pada jam 14.27 wib. Rumah yang menjadi lokasi kejadian memilukan ini berada di komplek Pulomas Residence, Jakarta.
Hal ini yang mendasari orang orang menamainya sebagai "kasus perampokan Pulomas" Pemilik dari rumah ini adalah Ir Dodi Triono, seorang arsitek lulusan Universitas Indonesia yang memegang banyak project besar. Ia adalah pria yang dikenal ramah dan dermawan hingga menjabat sebagai Dodi Ketua RT 12, RW 16 Komplek Pulomas Residance tersebut.
Sore itu, Ramlan Butarbutar, salah satu komplotan perampok turun dari mobil Suzuki Ertiga, lalu masuk ke rumah Dodi melalui pintu teralis yang tak dikunci.
Diketahui saat itu Yanto, yang mana salah satu supir dari Dodi hendak keluar, sehingga teralis memang sengaja dibuka. Ramlan masuk bukan tanpa persiapan. Ia membawa senjata api di tangannya. Ia kemudian menodongkannya ke arah Yanto yang terkejut dengan Ramlan yang tiba tiba saja sudah masuk ke dalam garasi rumah.
Disaat bersamaan kedua rekan Ramlan, Erwin, dan Yuspane yang sebelumnya standby di dalam mobil Ertiga, ikut masuk ke rumah Dodi. Sementara satu orang lainnya, Sinaga tetap menunggu dalam mobil untuk memantau keadaan sekitar.
Di dalam, ketiganya terus mengancam Yanto dengan senjata api. Mereka kemudian masuk dan bertemu beberapa orang pekerja di dalam rumah tersebut, mereka semua adalah perempuan, dan diperintahkan untuk masuk ke dalam kamar mandi kecil di salah satu sudut ruangan.
Saat kegaduhan mulai terjadi, Gema, yaitu anak ketiga Dodi dan Amel, dan teman Gema yang saat itu sedang bermain di rumah melihat pelaku yang tengah mendorong dorong para pembantunya ke dalam kamar mandi. Namun mereka tak bisa berbuat banyak. Tak lama setelah itu, keduanya pun diperintahkan masuk ke wc juga.
Mendengar ribut-ribut, putri pertama Dodi, Diona Arika (16) keluar dari kamar yang berada di lantai 2 rumah tersebut. Kemudian salah satu pelaku, Yuspane, menghampirinya dan menyeret Diona.
Diona diseret dari kamar lewat tangga, ia sempat memberontak dan mencoba melawan, namun ia kemudian dipukul oleh pelaku menggunakan pistol. Pemukulan tersebut terjadi beberapa kali, setelahnya, Diona ikut digiring masuk ke dalam wc.
Tak berselang lama, Tasrok, sopir Dodi datang dengan menggunakan motor. Sinaga, yang bertugas melihat kondisi lapangan segera menghampirinya dan menahan Tasrok, dan mengumpulkan Tasrok dengan yang lainnya di dalam wc.
Saat pertama kali para pelaku masuk ke dalam rumah, sebenarnya Dodi sedang tidak berada di tempat. Bahkan pelaku terlihat memerintahkan salah satu pembantu Dodi dan Gema untuk mengantarkannya ke lantai atas, tempat kamar Dodi berada, namun kamar tersebut kosong.
Tapi nasib buruk tidak begitu saja lepas dari Dodi, beberapa saat setelah Tasrok digelandang masuk ke wc, Dodi tiba dengan mobilnya. Yuspane dan Sinaga dengan santainya membukakan pagar untuk Dodi, ketika Dodi masuk, pagar segera ditutup dan Dodi dikepung oleh para perampok.
Dodi yang diancam dengan senjata tajam dan senjata api tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya Dodi pun juga digelandang ke dalam wc. Kini total sudah ada 11 orang di dalam wc kecil berukuran 1.5m x 1.5m itu.
Sebenarnya, dalam wc ini terdapat exhaust untuk mengatur sirkulasi udara. Sayangnya, exhaust ini hanya akan aktif jika lampu kamar mandi menyala. Sedangkan pelaku perampokan saat itu mematikan lampu kamar mandi tersebut dengan kesebelas orang didalamnya.
Baca Juga:
Ryan "Sang Jagal Dari Jombang", The Smiling Serial Killer
Para pelaku kemudian mencari barang barang berharga di rumah tersebut. Mereka menggasak uang tunai 7 juta rupiah , HP, dan jam Rolex, serta uang baht Thailand, dan dollar Singapura serta dolar Amerika Serikat, yang jika dikonversikan nilainya mencapai 60 juta rupiah.
Setelah mendapatkan hasil jarahan, para perampok meninggalkan TKP setelah sebelumnya mengunci wc tersebut dan membuang kuncinya.
Disinilah hal mengerikan itu terjadi kepada kesebelas orang korban. Wc di rumah tersebut memiliki pintu dari kayu kokoh yang cara membukanya adalah di dorong ke dalam. Untuk mendobrak pintu ini tentunya sangat sulit, selain kokoh, arah bukanya berbeda. Dodi dan kedua laki laki pembantunya pun tidak punya cukup ruang untuk bergerak ketika berusaha membuka pintu. Keberadaan 11 orang di dalam ruangan kecil itu benar benar sesak dan saling berdesakan.
Menurut saksi hidup peristiwa ini, di dalam wc tersebut Dodi Tarso dan Yanto terus berusaha membuka pintu, bahkan mencoba menghancurkan gagang pintu untuk sekedar membuat lubang masuknya udara. Namun usaha mereka semua ternyata tak berhasil. Suhu ruangan terus naik, oksigen kian menipis sehingga mereka harus berebut satu sama lain dalam ruangan gelap yang kecil itu. Kesadaran mereka satu persatu menghilang. Kadar oksigen yang rendah mulai membuat mereka kehilangan kesadaran. Dodi juga sempat meminum air ledeng demi menurunkan suhu tubuhnya, namun tetap saja oksigen di ruangan itu kian menipis.
Perlahan, para korban yang awalnya berdiri, mulai terduduk, lalu terdiam dalam tidurnya. Satu persatu mereka mulai meregang nyawa. Bahkan Diora yang saat itu masih sadar sempat menggigit tangan Zanette adiknya agar sang adik tetap tersadar.
Kasus ini baru diketahui orang luar keesokan harinya, tepatnya 18 jam pasca Dodi dan keluarganya disekap dalam wc tersebut oleh para perampok. Adalah Sheila Putri, salah satu sahabat dari Diora yang menjadi orang pertama mengetahui kasus tersebut.
Pada Selasa (27/12/2016), sekitar pukul 09.30 WIB, Sheila memutuskan ke rumah Dodi karena Diona tak bisa dihubungi sejak Senin sore. Padahal, keduanya berencana untuk jalan-jalan pada hari Senin itu. Sheila datang dan memanggil manggil penghuni rumah, namun tidak ada jawaban dan pintu terbuka. Sheila pun masuk ke dalam dan tiba tiba saja mendengarkan suara rintihan dari dalam kamar mandi. Suara tersebut berasal dari Zanette. Sheila yang mengenali suara tersebut segera memanggil Zanette dan menghidupkan lampu untuk menyalakan exhaust di dalam dan menolong para korban.
Namun saat akan dibuka, pintu tersebut macet dikarenakan tumpukan tubuh korban di depan pintu. Sheila tentu saja berlari ketakutan dan melaporkannya ke security komplek. Setelah mengadu ke security, akhirnya mereka memutuskan untuk melapor ke polisi yang berada di Pos Kayu Putih. Kemudian, polisi menemani Sheila untuk mengecek keadaan di rumah Diona.
Pada jam 10.10 setelah melalui proses yang sulit dikarenakan pintu tebal dan dihalangi oleh tubuh korban dibalik pintu, akhirnya pintu itu terbuka.
Dan inilah keadaan para korban di dalamnya saat pertama kali ditemukan. Korban saling bertumpukan satu sama lain. Beberapa dari korban terlihat masih berdiri di sudut ruangan. Kondisi mereka semua basah karena air keran yang sengaja dinyalakan. Di lantai, ada beberapa korban yang sudah tidak lagi bergerak.
Setelah dievakuasi, dari 11 orang korban, 5 dinyatakan meninggal dunia di lokasi yaitu Dodi Triono (59), Diona Arika (16) anak pertama Dodi, Dianita, Gemma (9) anak ketiga Dodi, Amelia Callista (10) yang merupakan teman dari Gemma, serta Yanto, sopir Dodi. Sementara itu, korban yang berakhir tewas saat menjalani perawatan di rumah sakit adalah Tasrok.
Beberapa korban terlihat mengeluarkan darah dari hidung, mulut dan telinga, pertanda adanya pendarahan di bagian dalam kepala korban. Serta Dodi mengalami luka benturan di kepala. Adapun korban yang selamat adalah Zanette Kalila (13) anak kedua Dodi, Emi (41), Santi (22), dan Fitriani (23) serta Windy (23), yang merupakan pembantu rumah tangga keluarga Dodi.
Lokasi penyekapan ketika dibuka terasa sangat pengap, panas dan becek oleh darah keringat dan air kran yang terbuka. Tidak bisa terbayangkan rasa sakit macam apa yang dirasakan kesebelas orang tersebut di dalam.
Ini adalah foto dari lokasi kejadian. Bisa kalian bayangkan 11 orang mengisi ruangan ini?
Melansir Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur telah memutuskan hukuman mati bagi ketiga terdakwa tersebut sesuai dengan tuntutan yang disampaikan Jaksa Penuntut Umum (JPU)."Menimbang bahwa para terdakwa telah terbukti secara hukum melakukan pembunuhan berencana dan pencurian dengan kekerasan maka Majelis Hakim memutuskan Ridwan Sitorus alias lus Pane dan Erwin Situmorang pidana hukuman mati. Serta memutuskan Alfin Sinaga pidana hukuman seumur hidup," ucap Hakim Ketua Gede Ariawan saat memimpin sidang putusan di PN Jakarta Timur, Selasa (17/10/2016).
Sementara sebelumnya, pemimpin perampokan sadis ini, Ramlan Butar butar telah terlebih dahulu tewas oleh timah panas polisi saat akan ditangkap pada Rabu, 28/12/2017 di Bekasi, Jawa Barat.
Kasus ini menjadi buah bibir masyarakat dalam waktu yang cukup lama. Kemarahan publik makin menjadi jadi ketika kepolisian merilis rekaman cctv bagaimana perampokan dan penyekapan berujung pembunuhan itu berlangsung.
Lokasi rumah mewah milik Dodi itu kini sudah berpindah tangan ke pembelinya. Sementara Zanette, satu satunya yang selamat dari keluarga inti Dody hingga kini masih hidup dan tinggal bersama ibunya.
Walaupun kasus ini sudah selesai dan pelaku sudah mendapatkan vonis mati (walaupun belum dieksekusi), namun banyak pihak yang masih ragu bahwa kasus ini murni perampokan.
Beberapa orang yakin bahwa Ramlan CS hanyalah orang orang bayaran dari tokoh utama dibalik kasus menyesakkan ini.
Semoga para korban mendapatkan ampunan dan tempat yang mulia di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan kejadian serupa tidak lagi terjadi dimanapun dan kepada siapapun, Aamiin.
Baca Juga:
Tragedi Sinila, 20 Februari 1979. Neraka di Negeri Langit Dieng