Langkah Langkah Dalam Pemilihan Paus Baru Pada Konklaf Di Gereja Katolik Vatikan

 


Konklaf (dari bahasa Latin: cum clave, "dengan kunci") adalah suatu pertemuan Dewan Kardinal tertutup dan rahasia yang diadakan untuk memilih seorang Paus, yang merupakan Uskup Roma sekaligus kepala Gereja Katolik Roma sedunia.


Penganut agama Katolik menganggap bahwa Paus merupakan penerus dari Santo Petrus dan pemimpin umat Gereja Katolik di bumi. Konklaf adalah metode historis tertua untuk memilih kepala negara tertentu yang masih digunakan hingga saat ini.


Peraturan yang berlaku saat ini yang mengatur konklaf kepausan ditetapkan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam konstitusi Apostoliknya tahun 1996, Universi Dominici Gregis. Dalam pengantarnya, Yohanes Paulus II mencatat: "Pemeriksaan sejarah yang cermat menegaskan baik kesesuaian lembaga ini, mengingat keadaan di mana lembaga ini berasal dan secara bertahap mengambil bentuk definitif, dan kegunaannya yang berkelanjutan untuk fungsi pemilihan itu sendiri yang tertib, cepat dan tepat, terutama di saat-saat ketegangan dan pergolakan dalam kekosongan kepemimpinan.


Pahami sistem pemilihan Paus Baru Gereja Katolik pada Konklaf 2025 ini. Dunia tengah menunggu pemimpin baru Gereja Katolik Vatikan pasca wafatnya Paus Fransiskus. Kini, proses Konklaf atau Conclave akan berlangsung pada hari Rabu, 7 Mei 2025 waktu setempat. Hanya kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang berhak ikut serta. Sehingga, Vatikan telah mengonfirmasi bahwa seluruh 133 kardinal yang diharapkan hadir sudah tiba di Roma.


Ada 50 kardinal berasal dari Eropa, dengan Italia mendominasi. Sementara, ada 10 dari AS, 23 dari Asia, 21 dari Amerika Tengah dan Selatan, dan 18 dari Afrika.Konklaf dapat berlangsung mulai dari beberapa jam hingga beberapa minggu.




Konklaf terlama dalam sejarah, pada abad ke-13, berlangsung selama dua tahun sembilan bulan. Namun, sejak awal abad ke-20, sebagian besar konklaf hanya berlangsung dua hingga tiga hari.

Apabila tidak ada kandidat yang mendapatkan dua pertiga suara setelah 13 hari pemungutan suara, maka dilakukan pemilihan ulang antara dua kandidat teratas.


Namun, hal ini tetap harus mendapat dua pertiga suara dari seluruh kardinal. Jika masih terjadi kebuntuan, belum ada ketentuan yang jelas mengenai langkah selanjutnya.


 Persiapan Konklaf


Para kardinal yang mengenakan jubah merah akan berjalan dari tempat tinggal di Casa Santa Marta menuju Kapel Sistina.


Kardinal akan menyerahkan ponsel. kapel telah diperiksa dari alat penyadap dan perangkat pengacau sinyal telah dipasang. Masing-masing akan bersumpah untuk menjaga kerahasiaan.


Pemimpin liturgi kepausan akan mengucapkan “extra omnes” yang berarti “semua keluar”. Sehingga, semua orang yang hadir, kecuali kardinal pemilih dan beberapa pejabat serta dokter, akan keluar, lalu pintu dikunci.


Tidak ada pidato atau debat yang diizinkan di dalam kapel. Pemungutan suara pertama kemungkinan akan dilakukan pada Rabu sore. Setelah itu, akan ada empat pemungutan suara setiap hari hingga satu kandidat memperoleh mayoritas dua pertiga.


Para kardinal akan beristirahat untuk makan siang sekitar pukul 12.30 siang, kemudian kembali ke kapel pada sore hari untuk putaran pemungutan suara berikutnya. Di penghujung hari, para kardinal akan berdoa Vesper bersama, lalu kembali ke wisma Santa Marta untuk makan malam. Karena Santa Marta hanya memiliki 120 kamar, akomodasi tambahan telah disediakan di tempat tinggal terdekat.


Jika tidak ada hasil setelah tiga hari, para kardinal boleh mengambil hari istirahat untuk berdoa dan merenung.




Bagaimana sistem pemungutannya?


Setiap kardinal akan mendapat meja, yang di atasnya terdapat pena dan tumpukan kertas suara bertuliskan Eligo in summum pontificem ("Saya memilih sebagai pemimpin tertinggi") di bagian atas. Setiap kardinal menulis nama calon yang dipilih, melipat kertasnya, dan memasukkannya ke dalam tempat suara dari perunggu.


Setiap hari, tiga orang penghitung suara (scrutineers) dipilih secara undian, ditambah tiga petugas (infirmari) yang bertugas mengambil suara dari kardinal yang terlalu sakit untuk hadir di Kapel Sistina, serta tiga pemeriksa ulang (revisers). Kertas suara dihitung, kemudian dijahit menggunakan jarum menembus kata eligo dan dijadikan satu bundel. Kertas suara kemudian dibakar di dalam tungku.


Apabila belum terdapat hasil, bahan kimia ditambahkan untuk menghasilkan asap hitam; saat sudah terpilih, bahan kimia membuat asap menjadi putih. Asap keluar melalui cerobong yang dipasang di atap. Petugas pemadam kebakaran Vatikan akan bersiaga.


Apabila asap putih keluar dari cerobong, lonceng juga akan dibunyikan, menandakan kepada kerumunan di luar bahwa habemus papam punya Paus.


Saat Paus baru diputuskan


Dekan Dewan Kardinal akan bertanya: “Apakah Anda menerima pemilihan kanonik sebagai Paus tertinggi?” Apabila setuju, ia harus memilih nama kepausannya. Para kardinal kemudian menyatakan sumpah setia kepada Paus baru.


Paus kemudian akan dibawa ke Ruangan Air Mata (Room of Tears), tempat berganti dari jubah kardinal merah menjadi jubah putih Paus.


Biasanya, jubah dalam ukuran kecil, sedang, dan besar telah disiapkan. Kali ini, dikabarkan bahwa Vatikan menggunakan kembali jubah dari konklaf sebelumnya. Paus baru akan dibimbing menuju balkon utama Basilika Santo Petrus untuk menyapa umat.




Berikut langkah langkah Konklaf secara detail dalam pemilihan Pemimpin Umat Katolik di Gereja Vatikan:


Bayangkan, 120 Orang Dikunci, Tanpa HP, Tanpa Akses Dunia Luar, untuk Pilih Pemimpin 1 Miliar lebih Umat, mari kita bahas satu persatu dalam pembahasan di bawah ini:


1. Apa Itu Konklaf?


Konklaf (Conclave) berasal dari kata Latin 'cum clave' yang artinya “dengan kunci”. Yang berarti, para kardinal dikunci di dalam ruangan, terisolasi dari dunia, sampai terpilihnya Paus baru.


2. Lokasi Super Sakral


Konklaf diadakan di Kapel Sistina, di bawah lukisan Hari Kiamat karya Michelangelo. Lukisan ini seperti pengingat: “Kalian lagi bikin keputusan suci, jangan sampai salah pilih!”


3. Siapa yang Ikut?


Maksimal 120 kardinal, semua di bawah usia 80 tahun. Mereka mewakili umat Katolik dari seluruh dunia.


4. Sebelum Dikunci


Ada Misa khusus yang disebut: “Misa Pro Eligendro Papa”. (Misa untuk pemilihan Paus). Di sini, kardinal berdoa minta petunjuk Tuhan. Lalu, mereka bersumpah untuk bungkam total. Dan apabila dilanggar langsung tereleminasi dan keluar.


5. Suasana di Dalam Konklaf


- Tidak boleh pakai HP.

- Tidak boleh kontak dunia luar.

- Kamar sederhana, tidak mewah-mewah.

- Semua pintu dan jendela dijaga ketat oleh Garda Swiss.

Di situ hanya ada doa, diskusi, dan menunggu.


6. Proses Voting


Sehari bisa ada 4 putaran voting. Tiap kardinal menulis satu nama di kertas. Suara dihitung, dibaca keras, lalu kertasnya dibakar.

Hasil bakaran ini yang membuat asap terkenal:


- Asap hitam: Belum ada Paus terpilih.

- Asap putih: papa Paus baru terpilih.


7. Rahasia di Balik Asap




- Asap hitam: Pakai campuran kalium perklorat, antrasena, dan belerang.

- Asap putih: Pakai kalium klorat, laktosa, dan resin kolofoni.

Bukan Cuma Ritual, Tapi Juga Strategi.

Konklaf itu sakral, tapi juga penuh taktik.

Pilih Paus berarti pilih arah spiritual dan politik buat lebih dari 1 miliar umat Katolik di dunia. 


8. Nama Baru Paus


Paus baru bisa pilih nama siapa saja. Begitu nama dipilih, identitas lamanya dihapus “mati”, dan lahir sosok spiritual baru. Ini seperti kalimat ritual kuno: kematian simbolis dan kelahiran suci.

Di balik ritual tersebut ada seseorang yang memimpin jalannya pemilihan, yaitu Maestro Upacara. Ada orang spesial bernama Maestro Upacara Kepausan. Beliaulah yang ngatur semua protokol konklaf.


9. Setelah Asap Putih


Menandakan Paus Baru terpilih, selanjutnya Paus baru mengganti pakaian di ruangan “Sala delle Lacrime” (Ruangan Air Mata), ruangan khusus.


10. Pengumuman ke Dunia


Akhirnya, Kardinal Protodiakon berseru: “Annuntio vobis gaudium magnum: habemus Papam!”

Artinya: “Saya mengumumkan kepada Anda kabar sukacita besar: kita memiliki Paus!”

Paus baru muncul di balkon, dengan nama baru dan wajah yang berbeda, siap memimpin Gereja.


Baca Juga:


Sejarah Wabah Besar Yang Melanda Dunia Setiap 100 Tahun Tambahnya Usia Bumi. (1720, 1820, 1920, Dan 2020)


SALAH SATU AKSI PROTES YANG PALING BERPENGARUH DALAM SEJARAH


Suriname, Negara Pengguna Bahasa Jawa di Benua Amerika

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post